Saturday, March 8, 2008

Pedang itu Menghasilkan Pornografi

Rabu lalu, 5 Maret 2008, di SMAN 3 Bandung diadaken acara talkshow bertajuk "Sex, Digital Camera, and 3GP Video". Hadir sebagai pembicara, praktisi, dan pakar teknologi informasi Heru Nugroho dan psikolog Yuli Suliswidiawati. ( Pikiran Rakyat, 8 Maret 2008 ).

Heru menuturken, sekarang ini adegan porno yang dilakuken oleh siswa usia sekolah menengah, kian marak di berbagai situs internet. Ini menjadi tantangan bagi para guru untuk mencegah agar murid-murid mereka tidak ikut terjerumus ke dalem kegiatan yang melanggar norma kesusilaan dan agama tersebut.

Memang, kata para pakar, tehnologi itu ibarat pedang bermata dua. Satu mata membawa manfaat dan mata yang laen membawa mudhlarat. Begitu juga dengan internet. Mata kiri membawa manfaat, karena dari situ kita orang bisa beroleh berbagai pengetahuan yang kita butuhken dengan relatip murah. Di mata kanan membawa petaka, salah satu contohnya dari sana kita bisa dapet pilm atau gambar bule-bule telanjang. Dan malangnya, adegan berbugil ria ini ditiru oleh remaja-remaja kita yang kemedan sama budaya bule tadi.

Kita para orangtua, guru atawa tokoh masyarakat sangat terlambat mengantisipasi hal ini. Jadinya, ya itu tadi, anak-anak muda kita suka menunjukken auradnya di berbagai situs di internet, baik yang dipertontonkan secara gratis maupun berbayar.

Kini kita bingung mencari obat mujarab untuk menangkalnya. Ada yang usul, pelajaran agama di sekolah ditambah biar murid tambah semlengeren, soalnya jam pelajaran kita sudah top banyaknya. Ada lagi yang bilang, para orangtua harus mulai lebih terbuka mendiskusikan masalah sex dengan anak-anak, dan masih banyak lagi usul-usul yang laen.

Menurut Mas Guru, menambah jam pelajaran agama, jika modelnya pelajaran tersebut masih kayak yang dilakuken kebanyakan guru-guru agama pada ini hari, ya percuma. Soalnya terlalu teoritis dan banyak menenkanken hapalan. Kurang ada nilai-nilai yang dibangun.

Kemudian, mengenai keterbukaan orangtua berbicara soal sex kepada anak, kok rasanya juga kurang ngefek. Orang-orang barat sana kurang terbuka apa kepada anaknya ? Tapi, kebejatan di bidang sexual justru dari sana banyak bermula.

Di muka telah kita kutip omongan pakar kalau tehnologi itu kayak pedang bermata dua. Nah, sekarang ini yang paling banyak peranannya adalah satu sisi, yakni mata yang banyak membawa kemudhlorotan. Sedang sisi atau mata yang laennya masih kurang diaktifken. Jadinya, ya remaja-remaja kita suka berporno-ria di dunia maya. Persoalnnya sekarang adalah bagaimana caranya agar sisi negatif dari dunia IT itu tidak terlalu banyak berperan, dan justru sisi positifnya yang bermaen ?

Kata teman mas guru, Mas Kamas, kalau saja anak-anak muda itu memahami manfaat positip dari dunia internet, pasti mereka akan gandrung memanfaatkennya untuk tujuan positip, kayak mencari pengetahuan, aktualisasi diri atau bahkan mencari duit ( asal ndak nipu ) melalui internet. Tapi sayangnya, manfaat ini kurang diinformasiken oleh guru maupun orangtua kepada mereka. Yang mereka dapet dari temen sebaya justru bagaimana memanfaatken internet untuk memuasken kebutuhan syahwat. Karena itu, kita ndak perlu heran kalau mereka akhirnya suka berpesta syahwat via internet.

Nah, kata mas Kamas, supaya guru dan orangtua bisa kasih saran memanfaatken internet untuk tujuan-tujuan postip kepada anak-anak muda, ya mereka terlebih dulu harus belajar nggethu mengenai dunia internet ini. Jika kita para orangtua ndak bisa menjadi tempat bertanya anak-anak, mereka pasti akan bertanya di laen tempat. Iya To ????



No comments: