Monday, March 31, 2008

WEBSITE GOLKAR DAN DEPKOMINFO DIBOBOL HACKER

Beberapa hari ini dunia telematika kita dihebohken oleh ulah hacker. Website Golkar dan Depkominfo dibobol hacker. Barangkali kita semua sudah pada mafhum jika kedua website tersebut pasti telah diberi pengaman yang berlapis-lapis dan dikerjaken pakar-pakar top di bidang IT. Tapi di atas langit masih ada langit, begitu kata engkong. Seorang ( atau lebih ) ternyata mampu menjebol website dua institusi penting di negeri ini.

Akan tetapi, Mas Guru tak hendak berbicara lebih jauh soal pembobolan di atas. Bukan karena enggan, tapi karena Mas Guru amat sangat ndak paham soal IT yang ndakik-ndakik. Bisa ngeblog gini saja sudah sangat bersyukur. Yang ingin Mas Guru tulisken di sini adalah bagaimana cara kedua instansi pemilik web tersebut bereaksi.Kalau fungsionaris Golkar terkesan sewot dengan ulah hacker ini, Menkominfo justru menampilken kedewasaan seorang yang bijak.
Seperti di lansir harian Antara terbitan 28-3-2008 dengan judul Golkar Laporkan Kasus Situs Bobol ke Polda, para fungsionaris Golar berencana melaporken kasus pembobolan tersebut ke Polda Metro Jaya, meski pun tampilan website mereka telah on line kembali secara normal. ( Beritanya lihat di sini ).
Bandingken dengan cara Cak Nuh menyikapi masalah yang sama. Sebagai seorang pakar IT yang memimpin departemen yang juga bagian mengurusi IT, mestinya teramat tersinggung dan malu ketika website departemennya dibobol hacker. Orang bisa bilang, ternyata M.Nuh itu Cuma segitu. Ini tentu sudah bisa bikin orang biasa marah besar.
Tapi, ternyata Cak Nuh, dengan kedewasaan seorang intelektual, bisa bersikap lembah, tidaj grusu-grusu dan tenang. Dia bilang, kekerasan jangan dilawan denga kekerasan. ( Beritanya baca di sini ). Meski telah tahu hackernya, tapi tidak ingin nguber-uber hacker tersebut. Andaikata banyak pejabat mau bersikap dewasa, pasti suasana negeri ini akan lebih sejuk.

Wednesday, March 26, 2008

Heboh Rencana Penutupan Situs Porno

Beberapa hari belakangan ini kita dibikin heboh mengenai keprihatinan berbagai kalangan mengenai maraknya situs porno dan aksi-aksi remaja kita berporno-ria di dunia maya ini. Berikutnya, kita dihebohken kabar beredarnya foto porno artis, Sandra Dewi dan Anita Tumbuan, yang beredar di beberapa media masa. Meski akhirnya diklarifikasi oleh pakar telematika bahwa foto Sandra Dewi adalah hasil rekayasa tangan usil. Tapi apa pun klarifikasinya, yang jelas gambar porno tersebut telah beredar dan dibaca anak-anak kita.

Tentu semua kabar berita tersebut semangkin menambah keprihatinan kita. Tapi syukurlah, mentri kita yang cerdas, Cak Moh. Nuh mengumumken bahwa pemerintah akan menutup berbagai situs porno yang beredar di tanah air. ( Seperti diberitaken koran Antara beberapa waktu lalu ). Dan tak ndak perlu mempertanyaken apakah ide penutupan situs porno ini idea kreatif Cak Nuh sendiri atau boleh nyontek dari negara laen, seperti Jepang misalnya. Yang penting, niat baek itu dapat menenangken hati kita. Kita jadi ayem karenanya.

Tapi sayang, atas idea baek itu, banyak kalangan yang menyataken kepesimisannya atas kesuksesan pelaksanaan kebijakan tersebut. Masa Guru melihat di tivi, banyak tokoh, bahkan ahli telematika Roy Suryo menyataken kepesimisannya. Dinyataken bahwa ide itu akan sulit diwujudken.
Lha saya jadi nggumun umun-umun dengan pernyataan-pernyataan demikian. Lha saat ini banyak warga bangsa ini sedang spaneng ketakutan anak-anaknya berhaha-hihi nonton pilm porno di internet, lalu ada rencana penutupan situs-situs yang menyiarken pilm-pilm begituan, kok malah dipesimisi. kalau memang ahli mbok ya ngasih usul apa saran gitu bagaimana supaya rencana penutupan itu bisa dilaksanaken dengan sebaek-baeknya. Jangan malah diweden-wedeni gitu.
Mas Guru jadi mengira-ira di dalem hati, jangan-jangan mereka yang koar-koar pesimis, diam-diam ndak menyetujui rencana penutupan tersebut. Soalnya, nyari pilm porno di internet kan sangat mudah. Kalau ditutup, lalu nyari pilm seperti itu dimana ? Ini bukan su'udhzon lho, cuma ngira-ngira saja.

Potrait Of Pimpinan Kita

Konon, sejahtera-sengsaranya sebuah bangsa sangat bergantung pada hati dan otak para pimpinannya. Kalau pimpinannya amanah, rakyatnya sejahtera. Sebaliknya, kalau pimpinannya rakyatnya susah dan pimpinannya sendiri yang sejahtera.
Apakah amanah yang menjadi tanggungjawab para pemimpin bangsa ? Tidak lain dan tidak bukan adalah menyejahterahkaen rakyatnya. Maka, kalau sekarang ini sebagian besar rakyat Endonesya tidak sejahtera, maka bisa jadi kita, rakyat Endonesya ini, sedang apes. Karena dipimpin oleh orang-orang yang tidak amanah.

Di saat ini, rakyat kita sedang hidup perih ditindih berbagai macem kenaekan harga. Mestinya, para pimpinan negeri, baek yang eksekutip maupun legislatip, ya mikir bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan hidup yang makin menginjak rakyat. Tapi, barangkali karena syarap tanggungjawab sosialnya telah diputus, dengan dalih aturan, mereka bancakan mobil baru, meski mobil yang sebelumnya masih terbilang baru dan sangat layak dipakai. Lebih konyol lagi, setelah mendapet mobil baru, mobil lama tak jua segera dikembaliken.

Di bawah ini contoh kasus tersebut :


Tiga Pimpinan Dewan Dapat Mobil Baru
BATU - Tiga pimpinan DPRD Kota Batu kian dimanjakan fasilitas. Betapa tidak, sejak dua bulan ini mereka memiliki tunggangan baru, Suzuki Grand Vitara warna silver yang kinyis-kinyis. Tunggangan baru itu diperuntukkan bagi Ketua DPRD Kota Batu Mashuri Abdul Rochim, Wakil Ketua DPRD Punjul Santoso dan Andrek Prana.

Sebelum mendapat tunggangan baru itu, Mashuri sudah mengendarai Nissan Terrano, sedangkan Punjul dan Andrek mendapat jatah Daihatsu Taruna. Anehnya, meski telah mendapatkan mobil dinas yang baru, tapi kendaraan yang lama juga masih tetap dipakai.

Soal mobil baru ini, Loekik Wargiono, mantan kabag perlengkapan membenarkan hal itu. Menurutnya, pengadaan mobil baru itu dilakukan dalam perubahan anaggaran keuangan (PAK) 2007 lalu. Katanya, pengadaan ini disebabkan, mobil dinas yang telah dipakai selama 5 tahun, berdasarkan aturan harus diganti dangan mobil yang baru, kemudian yang lama dilelang. "Program Pemkot Batu zaman Pak Imam Kabul (nantan wali kota, Red) memang begitu, dan ini sudah disetujui," jelasnya.

Loekik mengatakan, pengadaan tiga Grand Vitara untuk pimpinan dewan itu bersamaan dengan pengadaan mobil wali kota dan wakil wali kota yang terpilih dalam pemilihan wali kota (pilwali) 2007, siapapun yang akan terpilih. Maka, untuk wali kota dibelikan Toyota Camry keluaran terbaru, dan untuk wakil wali kota dibelikan Toyota Altis.

Selain itu, pengadaan mobil tersebut juga bersamaan dengan pengadaan untuk operasional kepala dinas permukiman dan prasarana wilayah (disperkim) yang dibelikan Daihatsu Terrios serta untuk operasional Satpol PP berupa Toyota Avanza.

Apakah kebutuhan mobil-mobil itu memang mendesak? Loekik mengatakan, aturannya memang setelah lima tahun harus diganti. Sementara ketika disinggung kenapa tidak membelikan mobil untuk operasional PMI Kota Batu yang lebih bermanfaat atau untuk kebutuhan yang lebih penting lainnya? Loekik mengatakan, kalau soal mobil PMI itu tergantung dinas terkait, yaitu dinas kesehatan. Kalau dinas terkait tidak mengajukan, maka bagian perlengkapan tidak bisa membelikan. Tetapi, jika untuk para pejabat, itu memang tugas bagian perlengkapan.

Sumber : Jawa Pos edisi senin,24 Maret 2008

Thursday, March 20, 2008

Suatu Sore Ketika Akan Ngaji


Ketika Akan Berangkat Ngaji


Rafli setiap sore mengaji kepada seorang Bu Nyai yang tidak pernah membeda-bedakan orang atas dasar pandangannya, fahamnya, sektenya bahkan agamanya.
Menurut Bu Nyai, kata Rafli, setiap orang punya kebenaran sendiri-sendiri yang akan dipertanggung-jawabkannya kepada Allah nanti.
Jadi, kalau sudah besar nanti ndak perlu ikut-ikutan mendemo orang lain yang berbeda paham dan pandangan dengan kita. Biar dunia ndak tambah ribut

Tuesday, March 18, 2008

Nyapu-Nyapu di Kejagung

Sewaktu mas Guru kecil dulu, engkongnya mas Guru bilang, kalo mau nyapu lantai, sapunya harus bersih. Kalo mau nyapu dengan sapu kotor sama artinya dengan meratakan kotoran. Barangkali falsafah itu yang dipakai oleh Jaksa Agung menyapu beberapa pejabat di Gedung Bundar. Pasanya, sejak ditankepnya jaksa Urip, kejagung mendapat sorotan masyarakat luas.Dan ini, kata Jaksa Agung, dapat merontokkan kredibilitas alias kepercayaan publik terhadap lembaga yang dipimpinnya.
Tapi kita berharap, bahwa kegiatan nyapu ini bukan terutama karena urusan kredibilitas ini, tapi karena kesadaran bahwa kejaksaan merupakan pilar penting memberantas seluruh kejahatan di negeri ini,baik 
white collar crime  maupun blue collar crime.  Kalo sapu yang dipake nyaponi
kejahatan itu kotor, maka akan bertambah banyak kotoran bertebaran di negeri ini

Pejabat Gedung Bundar Disapu


Imbas Kasus Suap Jaksa Urip, JAM Pidsus Dicopot
JAKARTA - Jaksa Agung Hendarman Supandji melakukan bersih-bersih di Gedung Bundar. Seluruh pejabat di gedung yang menjadi pusat pengusutan korupsi itu dicopot. Mulai Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus) Kemas Yahya Rahman yang sejak kemarin harus meninggalkan jabatannya, Direktur Penyidikan M. Salim, hingga seluruh pejabat di bawahnya.

Pencopotan masal tersebut merupakan imbas tertangkap tangannya jaksa BLBI Urip Tri Gunawan yang menerima suap Rp 6 miliar dari Artalyta Suryani alias Ayin. Tampaknya, Hendarman tak ingin kasus memalukan di tengah pemberantasan korupsi itu meruntuhkan kredibilitas Gedung Bundar.

Pencopotan Kemas didasarkan pada hasil rapat pimpinan (rapim) terkait dengan ekspose kasus Urip yang dimulai pukul 12.00 hingga pukul 17.00. Dalam rapat itu, jaksa agung langsung memutuskan mencopot Kemas karena dinilai sudah tak layak memegang jabatan strategis tersebut.

"Untuk menjaga kredibilitas Gedung Bundar, kami lakukan pergantian JAM Pidsus dan Dirdik serta pergantian menyeluruh di Gedung Bundar," tegas Hendarman dalam jumpa pers kemarin (17/3).

Dia didampingi seluruh eselon I di lingkungan Kejagung, selain Kemas. Mereka adalah Wakil Jaksa Agung Muchtar Arifin, JAM Pengawasan M.S. Rahardjo, JAM Intelijen Wisnu Subroto, JAM Perdata dan Tata Usaha Negara (Datun) Untung Udji Santoso, JAM Pembinaan Parnomo, serta JAM Pidana Umum (Pidum) Abdul Hakim Ritonga.

Menurut Hendarman, kejaksaan belum bisa memutus pelanggaran disiplin Kemas dan Salim terkait dengan kasus Urip. Tim pemeriksa internal masih menunggu hasil pemeriksaan Artalyta Suryani di KPK. "Derajat kesalahan dan hukumannya belum bisa diputus. Bila diputus hukuman ringan, ternyata dalam pemeriksaan (Artalyta) Suryani harus dihukum berat atau sedang. Meski demikian, pasal-pasalnya itu bisa dikenakan (hukuman) sementara," jelas Hendarman.

Dia berjanji, seluruh jaksa yang terlibat akan dikenai sanksi disiplin, bila sudah ada putusan inkracht atas kasus penerimaan uang USD 660 ribu oleh Urip.

Hendarman menegaskan, pencopotan tersebut tidak didasarkan pada pelanggaran disiplin sesuai PP No 30 Tahun 1980 tentang Disiplin PNS. "Permasalahannya, kredibilitas pejabat di Gedung Bundar sudah menurun. Menurut wakil jaksa agung, (Kemas Yahya dan Salim) sudah tidak pantas," ujar alumnus hukum Undip, Semarang, tersebut.

Bila tetap menjabat, kata dia, masyarakat tidak percaya lagi, meski Kemas dan Salim bertindak apa pun. "Dengan adanya berita-berita di surat kabar, penafsiran kalau sudah tidak kredibel kan berarti sudah tidak layak. Jadi, pekerjaan mereka sudah tidak lagi dipercaya masyarakat," tegas mantan JAM Pidsus itu.

Dari informasi koran ini, pencopotan Kemas Yahya dan Salim didasarkan Peraturan Jaksa Agung (Perja) No 69 Tahun 2007 tentang Pertanggungjawaban Pengendalian Pengawasan Melekat (Waskat) Jaksa. Dalam perja tersebut, mekanisme waskat jaksa menjadi wewenang pejabat dua tingkat di atasnya. Kemas Yahya dan Salim merupakan pejabat dua tingkat di atas Urip.

Hendarman menambahkan, setelah dicopot, Kemas Yahya dan Salim ditempatkan pada jabatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat.

Ditanya mekanisme penggantian JAM Pidsus, Hendarman menjawab, penentuan calon melalui Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) dan proses profile assessment. "Untuk (pengganti) JAM Pidsus, saya laporkan ke presiden dulu, karena pergantian eselon satu harus dengan keppres dan melalui proses TPA (tim penilai akhir). Saya akan laporkan selambat-lambatnya satu dua hari ini," ujar Hendarman.

Sementara itu, mekanisme pergantian Salim, lanjut Hendarman, menjadi kewenangan jaksa agung. Jaksa agung segera mengeluarkan surat keputusan penggantian Salim. "Siapa yang mengganti dirdik nanti dilakukan penelitian terhadap lima (calon) pejabat. Dari lima itu dipilih satu yang pantas," jelas mantan kepala Kejati DI Jogjakarta itu.

Menurut Hendarman, Baperjakat mulai besok diinstruksikan memproses pergantian Kemas Yahya dan Salim. Baperjakat yang diketuai wakil jaksa agung dan beranggota eselon satu serta tim pembaruan kejaksaan itu juga diperintahkan merevitalisasi kinerja di Gedung Bundar.

Sumber :Jawa Pos
 

Monday, March 17, 2008

Derita Unas

Try out ujian nasional (unas) di Kabupaten Pasuruan menunjukkan hasil memprihatinkan. Angka ketidaklulusan mencapai 85 persen lebih dari total 17.236 peserta. Kecewa dengan hasil tersebut, Dinas P dan K menuntut sekolah melakukan drill khusus. ( Radar Bromo, 06 Mar 2008 )
Apa yang dialami oleh murid-murid di Kabupaten Pasuruan tersebut pasti tidak berbeda dengan yang dialami rekan-rekan mereka di kabupaten laen. Jika sudah begini yang dibikin puyeng oleh proyek nasional yang bernama unas tersebut tentu sangat luas. Mulai dari orangtua murid, guru, kepala sekolah sampai kepala diknas.
Dalam berita yang dtulis Radar Bromo di atas, tergambar betap kecewanya kepala diknas Kabupaten Pasuruan :
Kekecewaan Dinas P dan K ini tidak bisa lagi ditutupi, saat melihat rekapitulasi hasil try out. Dari hasil rekap itu terlihat jelas berapa banyak siswa yang tidak berhasil lulus. "Ternyata persentasenya masih cukup tinggi," kata Kadis P dan K Bambang Pudjiono didampingi Kasubdin Sekolah Lanjutan Iswahyudi.

Tapi, kalo dipikir-pikir siapa yang paling dibikin pusing oleh hasil try out yang memprihatinkan tersebut ? Kalo kepala sekolah dan kepala diknas pusingnya paling-paling takut dimarahi atasannya. Kalo mereka memprihatinkan soal lain, misalnya nasib murid, paling ya lips serpis saja. Beda dengan orangtua murid, kesedihan mereka justru berkaitan dengan nasib dan masa depan anak-anak mereka. Bukankah bagi orangtua, nasib dan masa depan anak merupakan sesuatu yang penting, sesuatu yang pasti akan menjadi perjuangan hidup mereka ?
Demi masa depan anak, apa saja akan dilakukan. Mereka tak akan keberatan mengeluarkan dana yang relatif besar untuk memasukkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga bimbingan belajar yang bergengsi, supaya anaknya bisa lolos dari neraka unas. Meski untuk itu harus mengencangkan ikat pinggang seketat-ketatnya, sampai sampai pusernya nempel pinggang. Kondisi demikian akan lebih fatal jika ada ‘orang-orang pinter’ yang memanfaatken situasi. Menjelang pelaksanaan proyek unas, dari tahun ke tahun, kita selalu membaca berita adanya oknum-oknum yang menjual ‘bocoran soal unas’ kepada orang tua yang mengalami kebingungan tersebut. Entah soal bocoran itu bener atau tidak, yang pasti orang tua itu harus merogoh kocek cukup dalem untuk membelinya.
Cerita pedih itu, juga dialami para guru, meski dengan versi yang berbeda. Supaya kepala sekolah tidak kehilangan muka karena banyak muridnya ndak lulus, mereka menekan guru-guru untuk menambah jam pelajaran untuk murid kelas 3.
Masih banyak guru yang mengeluhkan sikap kepala sekolah (Kasek) menjelang pelaksanaan ujian nasional (unas) SMA. Para Kasek rata-rata mempunyai target nilai yang tinggi dalam ujian yang akan dimulai akhir April nanti. Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan psikologis terhadap guru mata pelajaran unas dan siswa calon peserta ujian. ( Jawa Pos, 16 Mar 2008 )
Mas guru merenungkan, sebetulnya yang membikin keadaan seperti di atas itu siapa ? Apakah guru-guru dan orangtua murid atau pemerintah ? Mas guru sangat haqulyaqin kalau yang salah itu bukan guru dan orangtua murid.
Kenapa ?
Kalo murid-murid kita jauh dari kualitas yang diharapken, pasti karena kebijakan pendidikan yang diterapkan selama ini yang ndak bener. Mas guru sendiri ndak tahu persis dimana letak kesalahannya. Bisa saja karena anggaran pendidikan terlalu kecil, terlalu banyak sunatan massal terhadap dana pendidikan yang seharusnya ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan, kebijakan-kebijakan yang ndak bener di bidang pendidikan, atau kepala sekolah yang ndak becus memanage lembaga pendidikan yang dipimpinnya atau sebab laen.
Tapi yang Mas guru tahu pasti, perbaikan pengelolaan sekolah tidak pernah dilaksanaken dengan sungguh-sungguh, pengawasan pengucuran dana dari pusat dan pemanfaatannya di tingkat sekolah tidak diawasi dengan sungguh-sungguh, dan pemerintah tidak mempercayai peran guru dalam meningkatken mutu out put pendidikan. Selama hal ini tidak dibenahi dengan sungguh-sungguh, mutu pendidikan kita pasti akan sama. Bukankah kalo kita ingin tidak kecebur di lobang yang sama harus mencari jalan ( strategi ) yang laen ?

Wednesday, March 12, 2008

PTN di Malang Tetap Ikut UMPT Nasional

Keluarnya 41 PTN dari perhimpunan SPMB dipastikan tidak akan mengubah system penerimaan mahasiswa baru di Malang. ( beritanya lihat di sini ). Berita ini tetu melegakan PTS-PTS yang ada, yang selama ini merasahkan kalau-kalau PTN-PTN itu akan membikin aturan maen sendiri dalam menjaring calon mahasiswa baru.

Sebelumnya para pengelola PTS di Malang mengkhawatirkan kala-kalau PTN memajukan waktu SPMB mereka atau menambah quota jumlah mahasiswa barunya. Jika ini terjadi, maka akan makin memberatkan PTS dalam menjaring mahasiswa baru. Soalnya, selama ini PTN sudah habis-habis menyedot lulusan-lulusan SLTA melalui berbagai cara, selaen melalui cara reguler. Misalnya melalaui jalur PMDK, ekstensi, dan macem-macem.

Jurus-jurus baru yang dikeluarken PTN semenjak mereka menjadi BHMN bener-bener bisa mematiken PTS. Pasalnya, satu-satunya sumber dana PTS ya dari pembayaran mahasiswa. Kalau ada bantuan dana dari pemerintah, program-program pendanaan dari dikti, juga ndak terlalu signifikan dan ndak bisa diandalkan rutinitasnya. Ini terutama dirasaken oleh PTS-PTS gurem. Nah, kalau PTN-PTN terus memelihara kerakusannya dalam meraup mahasiswa baru, ini benar-benar bisa bikin PTS modar. Bisa-bosa bayar dosennya saja megap-megap, apalagi untuk peningkatan kualitas ?

Barangkali yang perlu direnungken bersama adalah bahwa PTS-PTS itu juga ingin mengabdiken diri kepada bangsa ini melalui upaya memintarken anak-anak muda. Marilah sama dipahami bahwa dunia pendidikan bukanlah lembaga bisnis yang bisa menerapken kapitalisme seenak udelnya sendiri, di mana yang sudah mapan dan besar boleh mematiken yang kecil dan sengsara. Kalau dalam dunia bisnis, biasanya yang besar-besar rame-rame menginjak yang kecil supaya ndak ngruweti.

Harapan kita, moral kapitalisme demikian tidak menjangkiti akal para pengelola PTN yang sudah besar karena selama ini didanai negara. Berilah ruang buat yang laen ( PTS ) supaya bisa tetep hidup. Bukankah arti "pendidikan juga menjadi tanggung-jawab masyarakat", sebagaimana diamanatken Sisdiknas, tidak saja berarti masyarakat harus menyalurken dananya melalui PTN saja kan ? tetapi juga berari memberi peluang kepada masyarakat untuk menyelenggaraken lembaga pendidikan.

Semoga langkah-langkah yang diambil oleh PTN-PTN di Malang juga diikuti oleh PTN-PTN di laen tempat.

Tuesday, March 11, 2008

Memang,Untuk Menjadi Bodoh Itu Mahal

Mas Guru tersenyum kecut ketika membaca salah satu blog yang ada artkel berjudul Mau Bodoh Kok Bayar. Kalau dipikir-pikir, bener juga ya. Murid-murid kita bayar mahal sekadar untuk menjadi orang bodoh. Meski Undang-Undang Dasar kita mengamanatken bahwa tanggung-jawab pendidikan berada di pundak pemerintah, itu bukan berarti pendidikan bisa gratis di negeri ini. Meskipun itu sekolah-sekolah milik pemerintah. Malah, tak jarang sekolah negara tersebut taripnya lebih mahal dari sekolah partikelir. Saya juga ndak ngerti bagaimana sekolah negeri yang banyak mendapat dana dari pemerintah, terutama untuk gaji gurunya bisa lebih mahal dari sekolah partikelir. Mungkin saja memang dibutuhken manajer yang canggih untuk bisa berhitung seperti. Otak Mas Guru yang ndeso jelas ndak nutut diajak mikir manajemen.
Mengenai ihwal kebodohan yan diakibatken oleh model persekolahan kita, bisa dijelaskanken begini. Menurut para pakar, yang tak satu pun Mas Guru kenal, pendidikan mesti memenuhi setidaknya dua tujuan. Pertama, mengembangkan potensi-potensi yang dipunyai murid sesuai dengan bakat, minat dan tujuan-tujuan hidupnya. Kedua, membekali murid dengan berbagai hal untuk menyesuaiken diri dengan tuntutan lingkungan. Yang termasuk tujuan ini misalnya, memberi berbagai ketrampilan buat bekerja di dunia kerja; menanamken nilai-nilai dan moralitas untuk hidup di masyarakat; menyenangken hati guru, kepala diknas sampai menteri pendidikan dan laen-laen.
Sekolah kita tampaknya lebih mengutamaken tujuan ke dua bagian terakhir itu. Coba saja liat, murid dikataken pinter jika pandai menjadi beo. Dalam arti, mereka mendapat gelar pandai jika pandai meniru apa yang dikataken guru. Semakin persis jawaban yang mereka beriken dengan omongan guru, termasuk titik komanya, ketika dites oleh guru, maka dia dikataken semakin pinter. Kalo ndak bisa jadi beo, jangan pernah mengharap pridkat sebagai murid pinter.
Fenomena pembodohan semakin tampak menjelang unas kayak bulan-bulan ini. Bayangken, murid-murid kelas tiga , khususon kelas 3 SMA atau SMK, mestinya harus dipenuhi dengan bekal untuk hidup di tengah masyarakat atau bekal untuk terjun di dunia kerja. Tapi apa yang terjadi ?
Mereka setiap detik diperas otak dan waktunya untuk persiapan mengikuti proyek nasional yang bernama unas itu. Mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja setelah lulus, ndak peduli. Pokoknya harus mempersiapken diri untuk sukses di unas. Anak-anak dari keluarga mampu diikutken bimbingan belajar. Anak-anak keluarga santri sudah jauh-jauh hari dimintken barokah Pak Kiyai. Yang ndak mampu, cukup mengikuti les tambahan yang diadaken oleh sekolah. Perlu dicatat bahwa untuk les yang diadaken sekolah ini, orangtua murid diwajibken membayar biaya tambahan yang jumlahnya juga ndak kecil.
Nah, setelah mengikuti unas, yangndak lulus, dengan bebagai cara, toh akhirnya juga bisa dilulusken. Dan yang lulus, ada yang melanjutken sekolah ( bagi yang ortunya cukup duit ), ada pula yang langsung kerja atawa menjadi pengangguran ( bagi yang ortunya bokek). Untuk ngeliat bahwa sekolah kita lebih banyak menghasilken manusia-manusia bodoh, bisa diketahui dari lulusan yang ndak melanjutken ini.
Selepas sekolah, mereka ini riwa-riwi kesana kemari sembari menenteng map berisi lamaran kerja. di tempat yang dituju, mereka dites. Apa yang diteskan di tempat itu ternyata sama sekali tidak bersangkut dengan materi-materi yang dipersiapken menjelang unas. Jadi, setahun berada di kelas tiga hanya untuk kegiatan tiga hari ( waktu pelaksanaan unas). Setelah itu, ndak ada manfaat.
Yang sial adalah yang kebetulan ndak bisa diterima kerja dimana-mana. Karena ndak ada bekal dari sekolah untuk hidup mandiri, mereka jadi pengangguran. Mau berwiraswasta merasa ndak bakat, mau kerja serabutan gengsi, mau maling takut ketangkep polisi dan mau ngamen malu, mereka lebih suka plonga-plongo di pinggir jalan, menunggu barangkali ada ratu adil lewat, menyulap hidupnya jadi konglomerat.

Monday, March 10, 2008

Kapan Internet Murah Untuk Guru ?

Untuk urusan teknologi informasi, sebagian guru SMP di Surabaya dinilai masih terbelakang. Data dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA/IPS SMP se-Surabaya, sekitar 80 persen guru di antara 1.400 anggota masih belum paham internet. Karena itu, seharusnya para guru terus dipacu untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi tersebut.
Pengetahuan para guru di bidang teknologi informasi masih kalah jauh dibandingkan dengan murid. Perbandingannya cukup tajam. Tiap seratus guru, hanya 20 orang yang bisa menggali sumber belajar dari internet. Setiap seratus siswa, sekitar 90 anak bisa mengoperasikan internet. "Mereka juga biasa mencari sumber belajar di sana," ungkap Bambang, ketua MGMP IPA/IPS SMP Surabaya. ( Jawa Pos, 9 Maret 2008 ).

Bila boleh jujur ( yang ngelarang ya siapa ? ), internet masih tergolong barang mewah bagi guru, terutama guru partikelir seperti mas Guru. Pembaca tentu bisa mbayangken, kalau guru-guru di Surabaya saj cuman 20%, apalagi guru-guru di daerah ? Ini tentu sangat memprihatinken. Bayangken ! Kalau suatu saat ada murid yang bertanya tentang pengetahuan baru yang didapet dari dunia maya kepada gurunya yang ndak pernah mbuka internet, apa kira-kira yang terjadi ? Gurunya pasti plonga-plongo, pah-poh. Lebih parah lagi, kalau yang ditanyaken murid pas info dari situs-situs ndak genah, dan gurunya cuma pah-poh, murid pasti bertanya pada temennya yang juga ndak paham info ndak genah tadi. Lalu bagaimana jadinya dengan murid ini ?
Di artikel sebelumnya, “Pedang Itu Menghasilkan Pornografi” temen mas guru bilang bahwa salah satu sebab maraknya maenan pornografi di dunia maya dikarenaken gurunya ndak ngerti internet. Akibatnya, guru ndak bisa memberi wawasan kepada murid bagaimana memanfaatken internet untuk tujuan positip.
Dari situ tampaknya harus mulai dipikirken bagaimana guru-guru dibikin familier dengan internet. Tentu ini bukan hal sulit jika para penguasa ( kepala sekolah, kepala diknas sampai menteri ) mau sedikit berpikir soal ini. Kepala bisa saja menyisihken sedikit uang komite sekolah buat langganan internet paket unlimited untuk sekolah. Kemudian pasang hotspot supaya bisa diakses dari jarak agak jauh dari sekolah. Sehingga guru yang belum mampu beli komputer, bisa akses internet di sekolah. Yang sudah punya komputer, tinggal beli anten wajan bolic supaya bisa akses dari rumahnya masing-masing. Memang kalau cuma satu sekolah yang pasang hotspot, tentu nggak begitu manfaat. Guru yang jauh dari sekolah tersebut juga ndak bisa ngakses. Tapi kalau semua sekolah, khususnya sekolah negeri, semua punya hotspot, tentu pancaran frekuensi internet akan sangat luas di suatu daerah. Nah, ini kan bisa dimanfaatken oleh guru dan masyarakat umum.
Mungkin ide ini kedengaran mbulet dan ndak menguntungkan provider. Kalau ndak cocok dengan ide ini, mbok ya Cak Nuh ( Menkominfo ) memerintahken kepada kepala telkom untuk memberi harga khusus buat para guru untuk berlangganan internet. Bukankah untuk murid ada diskon 50% bila berlangganan internet di speedy ?
Barangkali kalau guru-guru pada usul kepada Cak Nuh untuk memberi diskon berlangganan internet, pasti beliau ndak keberatan. Pasalnya, selain beliau ini mantan guru, juga merupakan mentri paling cerdas di kabinet sekarang. Bayangkan, kalau mentri-mentri laen pada ndak berdaya menghadapi kenaekan harga-harga, termasuk mentri yang ngurusin listrik negara, Cak Nuh malah bisa menurunkan tarip telpon dan internet. Padahal kebutuhan orang akan telpon dan internet terus naek. Mungkin mentri-mentri laen perlu belajar pada Cak Nuh, supaya ketularan cerdas.
Dengan track record beliau, yang sangat memperhatiken kepentingan bangsa, marilah para guru usul kepada Cak Nuh supaya diberi harga berlangganan internet khusus. Cuma masalahnya, apakah sebagian besar guru-guru kita merasa butuh internet apa ndak ? Kalau mereka merasa ndak berlangganan internet ya nggak patheken, ini yang payah.

Saturday, March 8, 2008

Pedang itu Menghasilkan Pornografi

Rabu lalu, 5 Maret 2008, di SMAN 3 Bandung diadaken acara talkshow bertajuk "Sex, Digital Camera, and 3GP Video". Hadir sebagai pembicara, praktisi, dan pakar teknologi informasi Heru Nugroho dan psikolog Yuli Suliswidiawati. ( Pikiran Rakyat, 8 Maret 2008 ).

Heru menuturken, sekarang ini adegan porno yang dilakuken oleh siswa usia sekolah menengah, kian marak di berbagai situs internet. Ini menjadi tantangan bagi para guru untuk mencegah agar murid-murid mereka tidak ikut terjerumus ke dalem kegiatan yang melanggar norma kesusilaan dan agama tersebut.

Memang, kata para pakar, tehnologi itu ibarat pedang bermata dua. Satu mata membawa manfaat dan mata yang laen membawa mudhlarat. Begitu juga dengan internet. Mata kiri membawa manfaat, karena dari situ kita orang bisa beroleh berbagai pengetahuan yang kita butuhken dengan relatip murah. Di mata kanan membawa petaka, salah satu contohnya dari sana kita bisa dapet pilm atau gambar bule-bule telanjang. Dan malangnya, adegan berbugil ria ini ditiru oleh remaja-remaja kita yang kemedan sama budaya bule tadi.

Kita para orangtua, guru atawa tokoh masyarakat sangat terlambat mengantisipasi hal ini. Jadinya, ya itu tadi, anak-anak muda kita suka menunjukken auradnya di berbagai situs di internet, baik yang dipertontonkan secara gratis maupun berbayar.

Kini kita bingung mencari obat mujarab untuk menangkalnya. Ada yang usul, pelajaran agama di sekolah ditambah biar murid tambah semlengeren, soalnya jam pelajaran kita sudah top banyaknya. Ada lagi yang bilang, para orangtua harus mulai lebih terbuka mendiskusikan masalah sex dengan anak-anak, dan masih banyak lagi usul-usul yang laen.

Menurut Mas Guru, menambah jam pelajaran agama, jika modelnya pelajaran tersebut masih kayak yang dilakuken kebanyakan guru-guru agama pada ini hari, ya percuma. Soalnya terlalu teoritis dan banyak menenkanken hapalan. Kurang ada nilai-nilai yang dibangun.

Kemudian, mengenai keterbukaan orangtua berbicara soal sex kepada anak, kok rasanya juga kurang ngefek. Orang-orang barat sana kurang terbuka apa kepada anaknya ? Tapi, kebejatan di bidang sexual justru dari sana banyak bermula.

Di muka telah kita kutip omongan pakar kalau tehnologi itu kayak pedang bermata dua. Nah, sekarang ini yang paling banyak peranannya adalah satu sisi, yakni mata yang banyak membawa kemudhlorotan. Sedang sisi atau mata yang laennya masih kurang diaktifken. Jadinya, ya remaja-remaja kita suka berporno-ria di dunia maya. Persoalnnya sekarang adalah bagaimana caranya agar sisi negatif dari dunia IT itu tidak terlalu banyak berperan, dan justru sisi positifnya yang bermaen ?

Kata teman mas guru, Mas Kamas, kalau saja anak-anak muda itu memahami manfaat positip dari dunia internet, pasti mereka akan gandrung memanfaatkennya untuk tujuan positip, kayak mencari pengetahuan, aktualisasi diri atau bahkan mencari duit ( asal ndak nipu ) melalui internet. Tapi sayangnya, manfaat ini kurang diinformasiken oleh guru maupun orangtua kepada mereka. Yang mereka dapet dari temen sebaya justru bagaimana memanfaatken internet untuk memuasken kebutuhan syahwat. Karena itu, kita ndak perlu heran kalau mereka akhirnya suka berpesta syahwat via internet.

Nah, kata mas Kamas, supaya guru dan orangtua bisa kasih saran memanfaatken internet untuk tujuan-tujuan postip kepada anak-anak muda, ya mereka terlebih dulu harus belajar nggethu mengenai dunia internet ini. Jika kita para orangtua ndak bisa menjadi tempat bertanya anak-anak, mereka pasti akan bertanya di laen tempat. Iya To ????



Thursday, March 6, 2008

Pendidikan Jadi Masalah Bersama

Para Menteri Pendidikan Bertemu
Kamis, 6 Maret 2008 02:12 WIB
Jakarta, Kompas - Para menteri pendidikan dari sembilan negara berpenduduk besar di dunia mengadakan pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All ketujuh di Bali, 10-12 Maret 2008. Kesembilan negara itu adalah Banglades, Brasil, China, India, Indonesia, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Pakistan.

Negara-negara tersebut, dengan beratnya permasalahan pendidikan, turut memengaruhi peta global pendidikan. Karena itu, pendidikan dijadikan masalah bersama.


Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal kepada pers, Rabu (5/3), mengatakan, pertemuan itu untuk memperbaiki kondisi pendidikan di setiap negara. Terlebih lagi dengan adanya target Pendidikan untuk Semua atau Education for All yang telah disepakati dalam Deklarasi Dakkar tahun 2000.

Target-target itu antara lain buta aksara pada orang dewasa tuntas 50 persen pada 2015. Target lainnya, akses pendidikan anak usia dini, penuntasan wajib belajar, kesetaraan jender dalam pendidikan, serta pendidikan kecakapan hidup harus terus ditingkatkan.

”Pertemuan ini diinisiatori oleh UNESCO atau Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993 agar negara-negara berpenduduk besar ini dapat memecahkan masalah pendidikannya bersama-sama,” ujarnya.

Fasli mengatakan, sebetulnya telah terjadi perkembangan cukup baik sejak pertemuan tersebut pertama kali diluncurkan. Perkembangan terpesat terutama disumbangkan oleh China dalam pemberantasan buta aksara.

”Sekitar 80 persen pemberantasan buta huruf di antara sembilan negara itu disumbangkan oleh China. Angka peserta wajib belajar mereka juga meningkat pesat. China sepertinya benar-benar mengurus pendidikannya,” ujar Fasli.

Indonesia dalam hal pemberantasan buta huruf dan penuntasan wajib belajar secara kuantitas terbilang berhasil dan posisinya berada setelah China. Indonesia masih lebih baik daripada India, Pakistan, dan Banglades. Indonesia juga lebih baik dalam hal kesetaraan jender dalam pendidikan, pendidikan kecakapan hidup, dan pencapaian akses pendidikan anak usia dini.
Akan tetapi, permasalahan besar di Indonesia ialah peningkatan mutu pendidikan yang tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain.

Dia menambahkan, pada waktu terbentuknya pertemuan para menteri tersebut pertama kali, sembilan negara itu mewakili separuh penduduk dunia. Lebih dari 40 persen anak putus sekolah dan hampir 70 persen angka buta aksara di seluruh dunia berada di negara-negara berpenduduk besar tersebut.
Komentar Mas Guru :
Kalau target pendidikan sekadar buta aksara pada orang dewasa tuntas 50 persen pada 2015, akses pendidikan anak usia dini, penuntasan wajib belajar, kesetaraan jender dalam pendidikan, serta pendidikan kecakapan hidup harus terus ditingkatkan, kapan pendidikan kita bisa maju kayak di negara maju.
Mestinya, selain target tersebut, yang sudah pinter-pinter dan pikirannya maju perlu diperhatiken dong.

Urip

( Pikiran Rakyat, 6 Maret 2008 ). PAK Urip adalah nama salah seorang penarik becak di dekat tempat tinggal saya. Dia sudah 10 tahun lebih bekerja sebagai penarik becak. Belakangan, Pak Urip sering berkeluh kesah tentang harga kebutuhan pokok yang terus melambung tinggi. Sementara, usaha dari menarik becak tidak menentu. Paling banyak Rp 15.000,00 sehari. Uang sebesar itu digunakan untuk membeli beras dan lainnya sudah langsung habis. Dia tidak bisa menabung, apalagi beli baju baru. Tidak ada sisa uang, apa yang bisa ditabung?

Sesekali dia menyesali nama yang telah diberikan orang tuanya itu. Urip, sering disingkat jadi usaha ripuh. "Jadinya, usaha saya ripuh terus," kata Urip.

Kendati susah, saya melihat Urip tidak pernah melakukan perbuatan curang. Tidak jarang dia marah kalau melihat penarik becak yang ugal-ugalan atau sengaja menabrakkan becaknya ke mobil orang lain. Menabrakkan itu tentu dengan harapan untuk mendapatkan "ganti rugi" dari si pemilik mobil. Urip tidak senang, kalau ada penarik becak yang demikian. Urip tampil apa adanya, tidak serakah, jujur, dan memiliki solidaritas tinggi. Ia juga berusaha membangun citra penarik becak yang baik.

Sudah lama saya tidak bertemu dengan Pak Urip. Namun, nama dia kembali saya ingat sewaktu KPK, Minggu (2/3), menangkap seorang jaksa bernama Urip. Jaksa itu ditangkap karena diduga menerima suap sebesar Rp 6,1 miliar.

Sejenak, saya berusaha membandingkan antara Urip penarik becak dan Urip jaksa. Urip yang satu, sekali pun miskin, berusaha sabar serta memiliki keinginan kuat untuk menjaga citra profesinya. Tetapi, Urip yang satu lagi sepertinya tiak puas dengan kekayaan yang dimiliki.

Langkah Urip telah menampar citra kejaksaan. Tidak heran, kalau Jaksa Agung Hendarman Supandji menangis sedih. Hendarman benar-benar dipermalukan oleh Urip yang ini. Oleh ulah Urip, janji Jaksa Agung untuk mengedepankan program konsolidasi ke dalam dengan meningkatkan profesi jaksa, menjadi jauh panggang dari api.

Saya tidak tahu, apa latar belakangnya sampai Urip yang jaksa menerima suap. Apakah dia kesulitan ekonomi sebagaimana yang dialami Urip tukang becak? Kenapa Urip penarik becak mampu menahan diri agar tidak curang atau berbuat lain untuk menutupi kebutuhan hidupnya?

Jawabannya, saya kira, serakah. Karena keserakahan dan tidak puas dengan apa yang dimilikinyalah sehingga orang begitu mudah terjerat iming-iming uang. Sekarang, Urip harus mendekam di penjara. Dia tidak juga tak akan menikmati uang sebesar Rp 6 miliar itu.

Sekarang, harga diri Urip yang jaksa juga hancur, keluarganya tentu malu atas perbuatan itu. Sementara, Urip yang penarik becak, dia masih memiliki harga diri dan hidup bebas. Ayo, pilih jadi Urip yang mana? (Undang Sudrajat/"PR").



Komentar Mas guru :

Pilih Urip yang lain deh !!!