Untuk urusan teknologi informasi, sebagian guru SMP di Surabaya dinilai masih terbelakang. Data dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA/IPS SMP se-Surabaya, sekitar 80 persen guru di antara 1.400 anggota masih belum paham internet. Karena itu, seharusnya para guru terus dipacu untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi tersebut.
Pengetahuan para guru di bidang teknologi informasi masih kalah jauh dibandingkan dengan murid. Perbandingannya cukup tajam. Tiap seratus guru, hanya 20 orang yang bisa menggali sumber belajar dari internet. Setiap seratus siswa, sekitar 90 anak bisa mengoperasikan internet. "Mereka juga biasa mencari sumber belajar di sana," ungkap Bambang, ketua MGMP IPA/IPS SMP Surabaya. ( Jawa Pos, 9 Maret 2008 ).
Bila boleh jujur ( yang ngelarang ya siapa ? ), internet masih tergolong barang mewah bagi guru, terutama guru partikelir seperti mas Guru. Pembaca tentu bisa mbayangken, kalau guru-guru di Surabaya saj cuman 20%, apalagi guru-guru di daerah ? Ini tentu sangat memprihatinken. Bayangken ! Kalau suatu saat ada murid yang bertanya tentang pengetahuan baru yang didapet dari dunia maya kepada gurunya yang ndak pernah mbuka internet, apa kira-kira yang terjadi ? Gurunya pasti plonga-plongo, pah-poh. Lebih parah lagi, kalau yang ditanyaken murid pas info dari situs-situs ndak genah, dan gurunya cuma pah-poh, murid pasti bertanya pada temennya yang juga ndak paham info ndak genah tadi. Lalu bagaimana jadinya dengan murid ini ?
Di artikel sebelumnya, “Pedang Itu Menghasilkan Pornografi” temen mas guru bilang bahwa salah satu sebab maraknya maenan pornografi di dunia maya dikarenaken gurunya ndak ngerti internet. Akibatnya, guru ndak bisa memberi wawasan kepada murid bagaimana memanfaatken internet untuk tujuan positip.
Dari situ tampaknya harus mulai dipikirken bagaimana guru-guru dibikin familier dengan internet. Tentu ini bukan hal sulit jika para penguasa ( kepala sekolah, kepala diknas sampai menteri ) mau sedikit berpikir soal ini. Kepala bisa saja menyisihken sedikit uang komite sekolah buat langganan internet paket unlimited untuk sekolah. Kemudian pasang hotspot supaya bisa diakses dari jarak agak jauh dari sekolah. Sehingga guru yang belum mampu beli komputer, bisa akses internet di sekolah. Yang sudah punya komputer, tinggal beli anten wajan bolic supaya bisa akses dari rumahnya masing-masing. Memang kalau cuma satu sekolah yang pasang hotspot, tentu nggak begitu manfaat. Guru yang jauh dari sekolah tersebut juga ndak bisa ngakses. Tapi kalau semua sekolah, khususnya sekolah negeri, semua punya hotspot, tentu pancaran frekuensi internet akan sangat luas di suatu daerah. Nah, ini kan bisa dimanfaatken oleh guru dan masyarakat umum.
Mungkin ide ini kedengaran mbulet dan ndak menguntungkan provider. Kalau ndak cocok dengan ide ini, mbok ya Cak Nuh ( Menkominfo ) memerintahken kepada kepala telkom untuk memberi harga khusus buat para guru untuk berlangganan internet. Bukankah untuk murid ada diskon 50% bila berlangganan internet di speedy ?
Barangkali kalau guru-guru pada usul kepada Cak Nuh untuk memberi diskon berlangganan internet, pasti beliau ndak keberatan. Pasalnya, selain beliau ini mantan guru, juga merupakan mentri paling cerdas di kabinet sekarang. Bayangkan, kalau mentri-mentri laen pada ndak berdaya menghadapi kenaekan harga-harga, termasuk mentri yang ngurusin listrik negara, Cak Nuh malah bisa menurunkan tarip telpon dan internet. Padahal kebutuhan orang akan telpon dan internet terus naek. Mungkin mentri-mentri laen perlu belajar pada Cak Nuh, supaya ketularan cerdas.
Dengan track record beliau, yang sangat memperhatiken kepentingan bangsa, marilah para guru usul kepada Cak Nuh supaya diberi harga berlangganan internet khusus. Cuma masalahnya, apakah sebagian besar guru-guru kita merasa butuh internet apa ndak ? Kalau mereka merasa ndak berlangganan internet ya nggak patheken, ini yang payah.
No comments:
Post a Comment