Monday, March 17, 2008

Derita Unas

Try out ujian nasional (unas) di Kabupaten Pasuruan menunjukkan hasil memprihatinkan. Angka ketidaklulusan mencapai 85 persen lebih dari total 17.236 peserta. Kecewa dengan hasil tersebut, Dinas P dan K menuntut sekolah melakukan drill khusus. ( Radar Bromo, 06 Mar 2008 )
Apa yang dialami oleh murid-murid di Kabupaten Pasuruan tersebut pasti tidak berbeda dengan yang dialami rekan-rekan mereka di kabupaten laen. Jika sudah begini yang dibikin puyeng oleh proyek nasional yang bernama unas tersebut tentu sangat luas. Mulai dari orangtua murid, guru, kepala sekolah sampai kepala diknas.
Dalam berita yang dtulis Radar Bromo di atas, tergambar betap kecewanya kepala diknas Kabupaten Pasuruan :
Kekecewaan Dinas P dan K ini tidak bisa lagi ditutupi, saat melihat rekapitulasi hasil try out. Dari hasil rekap itu terlihat jelas berapa banyak siswa yang tidak berhasil lulus. "Ternyata persentasenya masih cukup tinggi," kata Kadis P dan K Bambang Pudjiono didampingi Kasubdin Sekolah Lanjutan Iswahyudi.

Tapi, kalo dipikir-pikir siapa yang paling dibikin pusing oleh hasil try out yang memprihatinkan tersebut ? Kalo kepala sekolah dan kepala diknas pusingnya paling-paling takut dimarahi atasannya. Kalo mereka memprihatinkan soal lain, misalnya nasib murid, paling ya lips serpis saja. Beda dengan orangtua murid, kesedihan mereka justru berkaitan dengan nasib dan masa depan anak-anak mereka. Bukankah bagi orangtua, nasib dan masa depan anak merupakan sesuatu yang penting, sesuatu yang pasti akan menjadi perjuangan hidup mereka ?
Demi masa depan anak, apa saja akan dilakukan. Mereka tak akan keberatan mengeluarkan dana yang relatif besar untuk memasukkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga bimbingan belajar yang bergengsi, supaya anaknya bisa lolos dari neraka unas. Meski untuk itu harus mengencangkan ikat pinggang seketat-ketatnya, sampai sampai pusernya nempel pinggang. Kondisi demikian akan lebih fatal jika ada ‘orang-orang pinter’ yang memanfaatken situasi. Menjelang pelaksanaan proyek unas, dari tahun ke tahun, kita selalu membaca berita adanya oknum-oknum yang menjual ‘bocoran soal unas’ kepada orang tua yang mengalami kebingungan tersebut. Entah soal bocoran itu bener atau tidak, yang pasti orang tua itu harus merogoh kocek cukup dalem untuk membelinya.
Cerita pedih itu, juga dialami para guru, meski dengan versi yang berbeda. Supaya kepala sekolah tidak kehilangan muka karena banyak muridnya ndak lulus, mereka menekan guru-guru untuk menambah jam pelajaran untuk murid kelas 3.
Masih banyak guru yang mengeluhkan sikap kepala sekolah (Kasek) menjelang pelaksanaan ujian nasional (unas) SMA. Para Kasek rata-rata mempunyai target nilai yang tinggi dalam ujian yang akan dimulai akhir April nanti. Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan psikologis terhadap guru mata pelajaran unas dan siswa calon peserta ujian. ( Jawa Pos, 16 Mar 2008 )
Mas guru merenungkan, sebetulnya yang membikin keadaan seperti di atas itu siapa ? Apakah guru-guru dan orangtua murid atau pemerintah ? Mas guru sangat haqulyaqin kalau yang salah itu bukan guru dan orangtua murid.
Kenapa ?
Kalo murid-murid kita jauh dari kualitas yang diharapken, pasti karena kebijakan pendidikan yang diterapkan selama ini yang ndak bener. Mas guru sendiri ndak tahu persis dimana letak kesalahannya. Bisa saja karena anggaran pendidikan terlalu kecil, terlalu banyak sunatan massal terhadap dana pendidikan yang seharusnya ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan, kebijakan-kebijakan yang ndak bener di bidang pendidikan, atau kepala sekolah yang ndak becus memanage lembaga pendidikan yang dipimpinnya atau sebab laen.
Tapi yang Mas guru tahu pasti, perbaikan pengelolaan sekolah tidak pernah dilaksanaken dengan sungguh-sungguh, pengawasan pengucuran dana dari pusat dan pemanfaatannya di tingkat sekolah tidak diawasi dengan sungguh-sungguh, dan pemerintah tidak mempercayai peran guru dalam meningkatken mutu out put pendidikan. Selama hal ini tidak dibenahi dengan sungguh-sungguh, mutu pendidikan kita pasti akan sama. Bukankah kalo kita ingin tidak kecebur di lobang yang sama harus mencari jalan ( strategi ) yang laen ?

No comments: