Kakek saya pernah ngasih nasehat padaku saat aku kecil.
Sabda beliau saat itu "Ngger, entar jika kamu jadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kamu harus waspada pada dirimu sendiri."
"Kenapa memangnya kek, wong diri sendiri kok perlu diwaspadai,"begitu tanyaku tak mengerti.
"Orang yang tiba-tiba punya punya kuasa sehingga menjadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kalau ndak bisa menguasai diri, biasanya akan menjadi adigang,adigung dan adiguna. Itu ibarat Kere Munggah Bale," Kakek memberi penjelasan.
Di negeri kita ini, salah satu institusi yang dumadakan punya kuasa powerfull adalah legislatif. Di Zaman mbah Harto dulu, peranan mereka hanyalah tukang 'nggah nggih' dan tukang stempel dhawuh mbah Harto. Setelah zaman reformasi, meski pun tak perlu ikut memperjuangkan gerakan reformasi tersebut, mereka bak mendapat buah durian dari gerakan reformasi tersebut.
Hak-hak mereka sebagai legislatif sepenuhnya mereka genggam. Dengan hak tersebut,mereka kini berani maido presiden. Dengan begitu, hak mereka untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, rakyat yang rela berdarah-darah di saat kampanye supaya para caleg mereka bisa duduk di kursi empuk parlemen.
Tapi, tampaknya, hak istimewa itu tidak ingin mereka pergunakan sepenuh ( hati ) mereka. Pasalnya, mereka lebih menyukai memperjuangkan hak pribadi mereka. Semisal, kenaikan gaji, kenaikan tunjangan, tambahan berbagai fasilitas dan tambahan-tambahan yang laen. Meski rakyat menjerit-jerit dicekik kemelaratan, mereka kayaknya ndak peduli. Mungkin mereka berpikir, 'Ngapain mau jadi orang melarat ?'
Tapi soal itu, maksudnya kurang sungguh-sungguh memikirkan rakyat banyak, adalah hak mereka. Rakyat banyak mulai mafhum dengan kelakuan orang-orang yang pernah mereka perjuangkan di saat kampanye pemilu. Namun ada banyolan yang menyakiti hati kita semua yang dilakukan oleh anggota DPR. Di saat ada anggota mereka yang ketangkep basah melakukan tindak korupsi oleh KPK, dan ruang kerja anggota yang diduga melakukan korupsi ini akan digeledah oleh KPK, mereka jadi muntap dan mencak-mencak. Bahkan ndak tanggung-tanggung, salah satu dari anggota dari warga'yang terhormat tersebut melontarkan gagasan untuk memberangus KPK yang dianggap berani kurang ajar kepada warga terhormat itu.
Perhatikan cuplikan berita berikut :
Reaksi ekstrem itu semakin menunjukkan bahwa politisi Senayan berusaha melakukan proteksi dari upaya pengusutan korupsi yang dilakukan KPK. Sehari sebelumnya, para pimpinan DPR telah bermufakat untuk menolak penggeledahan yang akan dilakukan KPK di ruang kerja anggota Komisi IV Al Amin Nasution. Al Amin tertangkap basah dengan dugaan menerima suap. Kabarnya, KPK juga akan memeriksa enam ruang kerja anggota DPR lain terkait kasus Al Amin. DPR tidak mau digeledah karena ingin mempertahankan martabat lembaganya.
Keinginan untuk membubarkan KPK itu terletup dari anggota Komisi III Ahmad Fauzi. "KPK ini sudah terlalu superbody," kata Fauzi yang berasal dari Partai Demokrat itu di gedung DPR Senayan, Jakarta, kemarin.
Sumber Jawa Pos
Beberapa hari sebelumnya, sebelum AL Amin ketangkep, kalangan DPR berencana menuntut group band Slank. Pasalanya, group band itu dinilai telah lancang memberi cap yang ndak elok untuk DPR. Untungnya, Al Amin segera ketangkep, sehingga DPR urung menuntut Slank. Mas Guru ndak tahu kenapa rencana menuntut Slank gagal dengan tiba-tiba paskah ketangkepnya Al Amin. Apa mereka berpikir 'Jangan-jangan yang dilaguken Slank itu emang bener ? Hanya Allah yang Maha Tahu.
Tapi pelajaran penting yang harus diperhatiken adalah JANGAN SEKALI-SEKALI LANCANG KEPADA DPR KALAU INGIN SELAMET. Dan mudah-mudah ndak ada anggota DPR yang membaca postingan ini, supaya blog ini juga selamet.
Sabda beliau saat itu "Ngger, entar jika kamu jadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kamu harus waspada pada dirimu sendiri."
"Kenapa memangnya kek, wong diri sendiri kok perlu diwaspadai,"begitu tanyaku tak mengerti.
"Orang yang tiba-tiba punya punya kuasa sehingga menjadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kalau ndak bisa menguasai diri, biasanya akan menjadi adigang,adigung dan adiguna. Itu ibarat Kere Munggah Bale," Kakek memberi penjelasan.
Di negeri kita ini, salah satu institusi yang dumadakan punya kuasa powerfull adalah legislatif. Di Zaman mbah Harto dulu, peranan mereka hanyalah tukang 'nggah nggih' dan tukang stempel dhawuh mbah Harto. Setelah zaman reformasi, meski pun tak perlu ikut memperjuangkan gerakan reformasi tersebut, mereka bak mendapat buah durian dari gerakan reformasi tersebut.
Hak-hak mereka sebagai legislatif sepenuhnya mereka genggam. Dengan hak tersebut,mereka kini berani maido presiden. Dengan begitu, hak mereka untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, rakyat yang rela berdarah-darah di saat kampanye supaya para caleg mereka bisa duduk di kursi empuk parlemen.
Tapi, tampaknya, hak istimewa itu tidak ingin mereka pergunakan sepenuh ( hati ) mereka. Pasalnya, mereka lebih menyukai memperjuangkan hak pribadi mereka. Semisal, kenaikan gaji, kenaikan tunjangan, tambahan berbagai fasilitas dan tambahan-tambahan yang laen. Meski rakyat menjerit-jerit dicekik kemelaratan, mereka kayaknya ndak peduli. Mungkin mereka berpikir, 'Ngapain mau jadi orang melarat ?'
Tapi soal itu, maksudnya kurang sungguh-sungguh memikirkan rakyat banyak, adalah hak mereka. Rakyat banyak mulai mafhum dengan kelakuan orang-orang yang pernah mereka perjuangkan di saat kampanye pemilu. Namun ada banyolan yang menyakiti hati kita semua yang dilakukan oleh anggota DPR. Di saat ada anggota mereka yang ketangkep basah melakukan tindak korupsi oleh KPK, dan ruang kerja anggota yang diduga melakukan korupsi ini akan digeledah oleh KPK, mereka jadi muntap dan mencak-mencak. Bahkan ndak tanggung-tanggung, salah satu dari anggota dari warga'yang terhormat tersebut melontarkan gagasan untuk memberangus KPK yang dianggap berani kurang ajar kepada warga terhormat itu.
Perhatikan cuplikan berita berikut :
Reaksi ekstrem itu semakin menunjukkan bahwa politisi Senayan berusaha melakukan proteksi dari upaya pengusutan korupsi yang dilakukan KPK. Sehari sebelumnya, para pimpinan DPR telah bermufakat untuk menolak penggeledahan yang akan dilakukan KPK di ruang kerja anggota Komisi IV Al Amin Nasution. Al Amin tertangkap basah dengan dugaan menerima suap. Kabarnya, KPK juga akan memeriksa enam ruang kerja anggota DPR lain terkait kasus Al Amin. DPR tidak mau digeledah karena ingin mempertahankan martabat lembaganya.
Keinginan untuk membubarkan KPK itu terletup dari anggota Komisi III Ahmad Fauzi. "KPK ini sudah terlalu superbody," kata Fauzi yang berasal dari Partai Demokrat itu di gedung DPR Senayan, Jakarta, kemarin.
Sumber Jawa Pos
Beberapa hari sebelumnya, sebelum AL Amin ketangkep, kalangan DPR berencana menuntut group band Slank. Pasalanya, group band itu dinilai telah lancang memberi cap yang ndak elok untuk DPR. Untungnya, Al Amin segera ketangkep, sehingga DPR urung menuntut Slank. Mas Guru ndak tahu kenapa rencana menuntut Slank gagal dengan tiba-tiba paskah ketangkepnya Al Amin. Apa mereka berpikir 'Jangan-jangan yang dilaguken Slank itu emang bener ? Hanya Allah yang Maha Tahu.
Tapi pelajaran penting yang harus diperhatiken adalah JANGAN SEKALI-SEKALI LANCANG KEPADA DPR KALAU INGIN SELAMET. Dan mudah-mudah ndak ada anggota DPR yang membaca postingan ini, supaya blog ini juga selamet.
No comments:
Post a Comment