Sunday, February 24, 2008

Satpol PP Jombang Buang "Gepeng" ke Hutan

Nganjuk-( Republika, 07 Februari 2008 ) Keterlaluan dan tidak manusiawi. Itulah tindakan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkab Jombang. Setelah melakukan operasi penertiban terhadap para pengemis dan gelandangan (gepeng), aparat itu bukan menyerahkan ke panti sosial. Malah, gepeng yang berjumlah 26 orang yang terkena razia itu dibuang di pinggir hutan, Desa Ketawang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk.
Bahkan yang lebih kejam lagi, mereka dubuang pada pukul 23.00 WIB dan turun hujan dengan lebat. Tindakan Satpol PP Pemkab Jombang itu tentu sajamendapat sorotan berbagai pihak. Selain tidakmanusiawi dan kejam, tindakan itu telah melanggar HakAzazi Manusia (HAM).

"Meskipun yang terkena razia itu adalah gelandangandan pengemis, tidak dibenarkan tindakan Satpol PP yangmembuang orang begitu saja. Ini tindakan yang kejamdan tidak manusiawi. Mereka itu juga warga negara yangharus dilindungi. Mereka punya hak. Tindakan Satpol PPPemkab Jombang itu telah melanggar HAM," ujar Cahyo,Ketua LSM Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3).


Keterangan yang dihimpun Republika di lapanganmenyebutkan, saat dibuang dipinggir hutan Desa Ketawang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, Selasa lalu, 26 orang yang di antaranya terdapat orang lanjut usia dan anak-anak itu, nampak kebingungan. Ia berjalan tertatih-tatih akibat kelaparan.
Di tengah hujan deras itulah, ada salah seorang warga Desa Ketawang yang menemukan 26 orang itu. Lalu mereka dilaporkan ke Kades Ketawang. Oleh Kades, karena kelaparan, malam itu juga diberi makan. Saat dibuang tersebut, kondisi para gepeng itu sangat mengenaskan. Banyak diantara mereka yang berjalan dengan sempoyongan. Selanjutnya, Kades melapor ke Polsek Gondang. Oleh Polsek Gondang dan petugas dari Kecamatan Gondang dikirim ke Panti Sosial Bina Karya Kertosono.
Lamirah (35) asal Surabaya, saat ditemui di Panti Sosial Bina Karya menjelaskan, dirinya ditangkap aparat Satpol PP Pemkab Jombang di Pasar Citra Niaga Jombang. Saat itu ia tengah duduk-duduk bersama anaknya yang berusia 3 tahun.
"Tahu-tahu saya dinaikan truk. Lalu dibawa ke kantor. Setelah itu dinaikan truk lagi. Saya tidak tahu dibawa ke mana. Tiba-tiba disuruh turun dari truk dan ditinggal begitu saja," ujar Lamirah, dengan menggendong anaknya yang berusia tiga tahun.
Hal yang sama diutarakan Sukatmi (55) warga Madiun. Selama ini ia mempunyai pekerjaan pemulung. Dirinya mengaku ditanggkap di Pasar Citra Niaga Jombang.
"Saat di pasar itulah saya dinaikan truk. Lalu dibawa ke kantor. Dan dinaikan truk lagi dan dibawa ke mana saya tidak tahu. Setelah berjalan cukup lama, kami ini diminta turun dari truk. Setelah kami semua turun, kok ditinggal begitu saja. Pada hal, waktu itu hujan," ujar Sukatmi.
Kepala Panti Sosial Bina Karya, Kertosono, Marnoto, menyesalkan tindakan Satpol PP Pemkab Jombang tersebut. Menurut dia, tidak diperbolehkan membuang gepeng hasil razia seperti itu. Apalagi dibuang di tempat jauh dan di tengah hutan lagi.
"Mestinya, gepeng yang ditangkap saat razia itu dikirim ke panti sosial. Kalau dibuang seperti itu namanya tidak manusiawi. Mereka kan juga manusia," ujar Marnoto.

Komentar Mas Guru :
Kelihatannya para satpol pp ini ndak paham bahwa orang-orang yang dibuang di hutan itu menjadi ‘gepeng’ karena pemerintah tidak bisa memberi mereka lapangan kerja, jaminan sosial atau apa pun namanya yang bisa memberi golongan ini hidup wajar seperti warga Indonesia yang lain. Andai saja pemerintah kita becus dalam mengelola kekayaan alam negeri ini, tentu tidak ada warga negara yang menjadi gelandangan dan pengemis.
Selain itu,sebenarnya, kelakuan satpol pp yang tidak berperikemanusiaan semacam itu sering kita saksikan di siaran berita yang disiarkan berbagai stasiun televisi. Banyak kecaman telah dialamatkan kepada mereka. Tetapi tindakan bodoh mereka terus berlangsung. Barangkali sudah waktunya mengkaji ulang pola rekrutmen anggota satpol pp ini. Di samping itu, juga perlu diberikan pendidikan khusus buat mereka supaya dalam melaksanakan tugasnya lebih bernurani dan manusiawi.

No comments: