Saturday, May 18, 2024

Studi Wisata: Antara Manfaat dan Kontroversi

Kecelakaan maut yang menimpa rombongan studi wisata SMK Lingga Kencana, Depok, pada 11 Mei 2024, telah memicu kontroversi di masyarakat. Hal ini menambah kontroversi yang lebih mendalam terkait keamanan dan keselamatan dalam perjalanan pendidikan di luar sekolah. 

Beberapa poin yang patut menjadi catatan kita, antara lain : 

  • Kecelakaan yang menimpa para pelajar dalam agenda studi wisata mengundang keprihatinan dan pertanyaan tentang standar keamanan yang diterapkan dalam perjalanan tersebut.

  • Para orangtua dan masyarakat umum semakin mempertanyakan manfaat dari studi wisata jika resiko keamanan tidak dapat dijamin.

Peristiwa tragis ini, tak pelak,  kembali membuka perdebatan tentang perlu tidaknya studi wisata dihapus dari agenda sekolah.

Di satu sisi, pendukung studi wisata meyakini bahwa kegiatan ini memiliki banyak manfaat bagi siswa. Studi wisata dapat menjadi sarana untuk:

  • Meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa melalui kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, budaya, dan edukatif.

  • Membangun karakter siswa melalui kerja sama tim, disiplin, dan tanggung jawab dalam perjalanan.

  • Meningkatkan rasa cinta tanah air dan mengenal kekayaan alam dan budaya Indonesia.

  • Membuat kenangan indah dan mempererat persahabatan antar siswa.

Pihak yang mendukung studi wisata juga menekankan bahwa dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang, risiko kecelakaan dapat diminimalisir.

Di sisi lain, penentang studi wisata berargumen bahwa kegiatan ini memiliki beberapa risiko, seperti:

  • Kecelakaan lalu lintas: Seperti yang terjadi pada kasus SMK Lingga Kencana, kecelakaan di jalan raya selalu memiliki potensi bahaya.

  • Keuangan: Biaya studi wisata yang mahal dapat memberatkan orang tua siswa, terutama dari keluarga kurang mampu.

  • Keamanan: Siswa rentan terhadap tindak kriminal, penipuan, dan pelecehan selama perjalanan.

  • Efektivitas belajar: Konten pembelajaran dalam studi wisata tidak selalu terstruktur dan terukur efektivitasnya.

Pihak yang menentang studi wisata juga mengusulkan alternatif kegiatan belajar yang lebih aman dan bermanfaat, seperti:

  • Kegiatan belajar di dalam kelas dengan menghadirkan narasumber ahli atau mengadakan simulasi.

  • Kunjungan ke tempat-tempat terdekat yang mudah dijangkau dan terjamin keamanannya.

  • Kegiatan pembelajaran daring yang interaktif dan berbasis teknologi.

Kontroversi ini menunjukkan bahwa studi wisata merupakan isu yang kompleks dengan berbagai pertimbangan. Keputusan untuk mengadakan atau tidak studi wisata harus diambil dengan cermat, dengan mempertimbangkan manfaat, risiko, dan kondisi yang ada.

Berikut beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

  • Tujuan studi wisata: Pastikan studi wisata memiliki tujuan yang jelas dan terukur manfaatnya bagi siswa.

  • Perencanaan matang: Lakukan perencanaan yang matang dengan melibatkan semua pihak terkait, seperti sekolah, orang tua, dan agen perjalanan.

  • Pemilihan tempat wisata: Pilihlah tempat wisata yang aman, terjamin kualitasnya, dan relevan dengan tujuan pembelajaran.

  • Keamanan: Pastikan keselamatan siswa menjadi prioritas utama dengan menerapkan protokol keamanan yang ketat.

  • Sosialisasi dan edukasi: Lakukan sosialisasi dan edukasi kepada siswa dan orang tua tentang pentingnya keselamatan selama perjalanan.

Pada akhirnya, keputusan untuk mengadakan atau tidak studi wisata adalah kewenangan sekolah. Sekolah harus mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan pertimbangan matang dan dengan memperhatikan kepentingan semua pihak.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada jawaban yang mutlak untuk pertanyaan tentang studi wisata. Setiap sekolah dan orang tua harus mempertimbangkan sendiri manfaat dan resikonya sebelum mengambil keputusan.

Bagaimana pendapat Anda ?


No comments: