Hei Sobat ! Kembali lagi bersama Mas Guru dengan isu terkini. Kali ini, kita mau bahas program baru pemerintah yang bernama Tapera, singkatan dari Tabungan Perumahan Rakyat.
Singkatnya, Tapera ini adalah program pemerintah untuk membantu rakyatnya memiliki rumah impian. Caranya, dengan menyisihkan sebagian gaji kita (sekitar 3%) untuk ditabung dan nanti bisa digunakan untuk membeli rumah, renovasi, atau bahkan pensiun.
Sekilas, program ini memang terdengar mulia. Siapa sih yang gak pengen punya rumah sendiri? Tapi, tunggu dulu Sobat, jangan buru-buru tergoda. Program ini masih banyak menuai pro dan kontra, lho.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah beban keuangan. Di tengah situasi ekonomi yang masih belum stabil, menyisihkan 3% gaji mungkin terasa berat bagi banyak orang. Apalagi, kita masih ingat kontroversi kenaikan UKT PTN yang dibatalkan karena penolakan masif dari masyarakat. Pertanyaannya, apakah rakyat sudah siap dengan beban baru ini?
Kekhawatiran lainnya adalah kepercayaan terhadap pemerintah. Jujur saja, masih banyak rakyat yang ragu dengan kemampuan dan kejujuran pemerintah dalam mengelola uang rakyat. Ingat kasus korupsi yang terjadi di Asuransi Jiwasraya dan Asabri dan korupsi-korupsi lainnya ? Wajarlah kalau banyak yang skeptis dengan program Tapera.
Lalu, bagaimana dengan manfaatnya? Pemerintah menjanjikan banyak keuntungan, seperti suku bunga yang lebih rendah dan kemudahan dalam mendapatkan KPR. Tapi, janji-janji ini belum tentu terwujud, kan? Lagipula, masih banyak program lain yang menjanjikan hal yang sama tapi belum menunjukkan hasil nyata.
So, sebelum memutuskan untuk ikut Tapera, ada baiknya kita menimbang dengan matang semua aspeknya. Jangan sampai terjebak FOMO (Fear of Missing Out) dan ikut-ikutan tanpa pertimbangan yang matang.
Ingat, rumah memang penting, tapi kesehatan keuangan dan kepercayaan terhadap pemerintah juga gak kalah penting. Jangan sampai terjebak mimpi indah Tapera yang ternyata berakhir menjadi mimpi buruk.
Mas Guru sih, sarannya, tunggu dan lihat dulu perkembangannya. Kalau memang terbukti bermanfaat dan transparan, baru deh ikut.
Bagaimana menurut Sobat? Setuju dengan Mas Guru? Atau kamu punya pendapat lain? Yuk, bagikan di kolom komentar!