Saturday, April 26, 2008

Kere Munggah Bale

Kakek saya pernah ngasih nasehat padaku saat aku kecil.
Sabda beliau saat itu "Ngger, entar jika kamu jadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kamu harus waspada pada dirimu sendiri."
"Kenapa memangnya kek, wong diri sendiri kok perlu diwaspadai,"begitu tanyaku tak mengerti.
"Orang yang tiba-tiba punya punya kuasa sehingga menjadi orang terpandang, berkedudukan atawa kaya sekali, kalau ndak bisa menguasai diri, biasanya akan menjadi adigang,adigung dan adiguna. Itu ibarat Kere Munggah Bale," Kakek memberi penjelasan.

Di negeri kita ini, salah satu institusi yang dumadakan punya kuasa powerfull adalah legislatif. Di Zaman mbah Harto dulu, peranan mereka hanyalah tukang 'nggah nggih' dan tukang stempel dhawuh mbah Harto. Setelah zaman reformasi, meski pun tak perlu ikut memperjuangkan gerakan reformasi tersebut, mereka bak mendapat buah durian dari gerakan reformasi tersebut.

Hak-hak mereka sebagai legislatif sepenuhnya mereka genggam. Dengan hak tersebut,mereka kini berani maido presiden. Dengan begitu, hak mereka untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, rakyat yang rela berdarah-darah di saat kampanye supaya para caleg mereka bisa duduk di kursi empuk parlemen.

Tapi, tampaknya, hak istimewa itu tidak ingin mereka pergunakan sepenuh ( hati ) mereka. Pasalnya, mereka lebih menyukai memperjuangkan hak pribadi mereka. Semisal, kenaikan gaji, kenaikan tunjangan, tambahan berbagai fasilitas dan tambahan-tambahan yang laen. Meski rakyat menjerit-jerit dicekik kemelaratan, mereka kayaknya ndak peduli. Mungkin mereka berpikir, 'Ngapain mau jadi orang melarat ?'

Tapi soal itu, maksudnya kurang sungguh-sungguh memikirkan rakyat banyak, adalah hak mereka. Rakyat banyak mulai mafhum dengan kelakuan orang-orang yang pernah mereka perjuangkan di saat kampanye pemilu. Namun ada banyolan yang menyakiti hati kita semua yang dilakukan oleh anggota DPR. Di saat ada anggota mereka yang ketangkep basah melakukan tindak korupsi oleh KPK, dan ruang kerja anggota yang diduga melakukan korupsi ini akan digeledah oleh KPK, mereka jadi muntap dan mencak-mencak. Bahkan ndak tanggung-tanggung, salah satu dari anggota dari warga'yang terhormat tersebut melontarkan gagasan untuk memberangus KPK yang dianggap berani kurang ajar kepada warga terhormat itu.

Perhatikan cuplikan berita berikut :
Reaksi ekstrem itu semakin menunjukkan bahwa politisi Senayan berusaha melakukan proteksi dari upaya pengusutan korupsi yang dilakukan KPK. Sehari sebelumnya, para pimpinan DPR telah bermufakat untuk menolak penggeledahan yang akan dilakukan KPK di ruang kerja anggota Komisi IV Al Amin Nasution. Al Amin tertangkap basah dengan dugaan menerima suap. Kabarnya, KPK juga akan memeriksa enam ruang kerja anggota DPR lain terkait kasus Al Amin. DPR tidak mau digeledah karena ingin mempertahankan martabat lembaganya.

Keinginan untuk membubarkan KPK itu terletup dari anggota Komisi III Ahmad Fauzi. "KPK ini sudah terlalu superbody," kata Fauzi yang berasal dari Partai Demokrat itu di gedung DPR Senayan, Jakarta, kemarin.

Sumber Jawa Pos

Beberapa hari sebelumnya, sebelum AL Amin ketangkep, kalangan DPR berencana menuntut group band Slank. Pasalanya, group band itu dinilai telah lancang memberi cap yang ndak elok untuk DPR. Untungnya, Al Amin segera ketangkep, sehingga DPR urung menuntut Slank. Mas Guru ndak tahu kenapa rencana menuntut Slank gagal dengan tiba-tiba paskah ketangkepnya Al Amin. Apa mereka berpikir 'Jangan-jangan yang dilaguken Slank itu emang bener ? Hanya Allah yang Maha Tahu.

Tapi pelajaran penting yang harus diperhatiken adalah JANGAN SEKALI-SEKALI LANCANG KEPADA DPR KALAU INGIN SELAMET. Dan mudah-mudah ndak ada anggota DPR yang membaca postingan ini, supaya blog ini juga selamet.

Monday, April 21, 2008

Mungkin Harmoko Telah Tobat ?

Barangkali hampir setiap orang yang sedikit dewasa pasti pernah dengar adagium 'tidak ada yang abadi dalam politik'. Pilihan menjadi kawan atau lawan bergantung pada kepentingannya. Yang cocok dengan kepentingan, akan dipilih menjadi kawan. Sebaliknya, yang bertentangan dengan kepentingan dipastiken bakal menjadi lawan. Mas Guru kira ini bukanlah rahasia. Semua orang tahu.

Aneh bin ajaib, politikus selevel Firman Subagyo, yang saat ini menjabat Ketua DPP Partai Golkar, merasa nggumun umun-umun ketika Bung Harmoko, pemilik hak paten 'menurut petunjuk Bapak Presiden' ujug-ujug ikut andil dalam pendirian partai baru Partai Kerakyatan Nasional (PKN). Menurut Bagyo, harusnya Harmoko risi pada diri sendiri kalau pada mendirikan partai baru.

Beritanya sebagai berikut :

Petinggi Golkar Kecewa pada Harmoko


Dirikan PKN Dinilai Beri Contoh Tidak Baik
JAKARTA - Ikut andilnya Harmoko dalam pendirian Partai Kerakyatan Nasional (PKN) mengecewakan sejumlah petinggi Partai Golkar. Sebab, mantan menteri penerangan pada era Orde Baru itu pernah memegang posisi puncak Golkar.

Bahkan, Harmoko menjadi ketua umum pertama di kubu beringin yang berasal dari kalangan sipil, meski posisi itu diperoleh melalui penunjukan Soeharto. "Tokoh-tokoh yang termasuk pinisepuh di Partai Golkar seharusnya risi pada diri sendiri kalau pada mendirikan partai baru," kata Ketua DPP Partai Golkar Firman Subagyo di Jakarta kemarin (20/4).

Menurut dia, komitmen tokoh-tokoh senior sangat diperlukan untuk ikut membesarkan serta memperkuat posisi Partai Golkar.

Firman lantas membandingkan sikap Harmoko dengan kembalinya sejumlah kader Partai Golkar yang pernah dipecat pada 2004 karena melawan garis kebijakan partai. Salah seorang korban pemecatan itu tak lain adalah dirinya. Gara-garanya, pada pilpres putaran kedua, mereka ikut mendukung pasangan SBY-Kalla.

Padahal, Partai Golkar yang saat itu dipimpin Akbar Tandjung secara resmi mengalihkan dukungan kepada pasangan Mega-Hasyim. Pilihan untuk melempar suara massa beringin ke Mega-Hasyim diambil setelah Wiranto-Salahuddin Wahid yang diusung Partai Golkar gagal lolos putaran pertama. "Kalau yang junior saja komitmennya tinggi, lah yang senior kok malah memberi contoh yang tidak baik," ujarnya.

Dia menegaskan, sesuai AD/ART Partai Golkar, keanggotaan seseorang di Partai Golkar gugur dengan sendirinya jika orang itu menjadi anggota partai lain. "Termasuk keanggotaan sebagai pinisepuh Partai Golkar," tegasnya.

Meski begitu, Firman tetap menghargai hak setiap warga negara untuk mendirikan partai politik yang dilindungi konstitusi dan undang-undang. "Jadi, biarkan rakyat yang menguji. Mereka sudah cerdas," kata wakil ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar tersebut.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Ferry Mursydan Baldan juga menyayangkan langkah Harmoko. Meski setiap warga negara berhak mendirikan parpol, dia menilai seharusnya Harmoko tidak ikut-ikutan. Apalagi, mantan ketua MPR itu pernah menjadi ketua umum DPP Golkar 1994-1999. "Kalau ingin mengabdi kepada bangsa dan negara, kan tetap bisa lewat Partai Golkar yang dulu pernah dia pimpin," kata mantan ketua Pansus RUU Pemilu Legislatif itu.

Menurut Ferry, ruang pendirian parpol baru sebaiknya menjadi ruang bagi masyarakat yang belum pernah berpartai. Dengan demikian, pertumbuhan partai baru benar-benar membawa angin segar bagi bangsa, tidak malah berjalan di tempat. "Bukan sekadar daur ulang dengan baju baru," tegasnya.

Sumber : Jawa Pos
Barangkali yang perlu direnungkan mungkin saja Harmoko telah tobat???


Tuesday, April 15, 2008

Kematian


Saat kematian, kita dapat melihat sebuah lilin yang sinarnya dapat kita gunakan untuk membaca buku kehidupan yang penuh dengan berbagai persoalan, kebohongan, kejahatan, dan kemalangan. Dan pada saat-saat kematian, lilin ini menerangi seluruh dunia, dan semua kehidupan seseorang, dengan sangat terang dan jelas – bahkan sudut-sudut yang senantiasa tersembunyi dalam kegelapan. Kemudian cahaya tersebut terombang-ambing kena angina, dan redup, dan akhirnya lenyap selamanya. - Leo Tolstoy.

Saat kematian, kita dapat melihat sebuah lilin yang sinarnya dapat kita gunakan untuk membaca buku kehidupan yang penuh dengan berbagai persoalan, kebohongan, kejahatan, dan kemalangan. Dan pada saat-saat kematian, lilin ini menerangi seluruh dunia, dan semua kehidupan seseorang, dengan sangat terang dan jelas – bahkan sudut-sudut yang senantiasa tersembunyi dalam kegelapan. Kemudian cahaya tersebut terombang-ambing kena angina, dan redup, dan akhirnya lenyap selamanya. - Leo Tolstoy.

Kematian dapat sesuai dengan kehidupan seseorang, dan oleh karena itu ia dapat menjadi tindakan moral. Binatang mati begitu saja, tetapi manusia harus mengembalikan jiwanya kepada sang Pencipta. - Leo Tolstoy.

Kata dan tindakan orang yang sedang sekarat memiliki kekuatan yang luar biasa terhadap orang lain, dan dengan demikian, penting sekali bagi kita untuk menjalani hidup yang baik atau mati dengan cara yang baik. Karena kematian yang baik dapat menghapuskan dosa-dosa kehidupan kita yang tidak baik. - Leo Tolstoy.

Kadang-kadang ketika kita mendengarkan seseorang yang sedang sekarat tampak seolah-olah ia sedang bicara dari balik kubur. Dan dalam kata-kata dan perintah-perintah terakhirnya kita membayangkan bahwa ia hamper seperti seorang nabi, dan bahwa sifat ketuhanan yang ada dalam dirinya tidak dapat disembunyikan. – Amiei.

Bila kamu mempersiapkan diri untuk kematian, jangan takut tentang hal-hal biasa. Persiapkan diri untuk mati dengan cara sebaik mungkin. Manfaatkan kekuatan saat kematian, ketika seseorang sebagian hidupnya di dunia lain, dan kata-kata serta perbuatan-perbuatannya memiliki kekuatan khusus terhadap orang-orang yang tinggal di dunia ini. - Leo Tolstoy.

Sunday, April 13, 2008

Kebaikan


Agar dapat hidup dalam kebaikan, cobalah melakukannya. – Leo Tolstoy.
Sambutlah setiap harimu yang baru dengan tindakan yang baik, amal yang baik. Itulah cara terbaik untuk memulai hari yang baru. - Leo Tolstoy.

Tak seorang pun mempunyai gagasan tentang apa yang dimaksud dengan kebaikan sampai mereka melakukannya. – Martineau.


Kasih Tuhan akan dilimpahkan dari langit kepada orang-orang yang memberikan sedekah kepada orang miskin. Kebahagiaan yang berlipat ganda akan diberikan kepada orang-orang yang, selagi melakukannya, bertemu seorang miskin dan dengan lemah lembut mengucapkannya selamat jalan kepadanya. – Kitab Talmud.

Bila kamu berbuat kebaikan, bersyukurlah karena kamu memiliki kesempatan untuk melakukannya. - Leo Tolstoy.

Kamu harus tahu dengan pasti dan merasa secara mendalam, bahwa kamu harus mengabdikan setiap harimu pada kebaikan saudara-saudaramu, dengan melakukan segala sesuatu yangdapat kamu lakukan bagi mereka – kamu harus melakukannya dan bukan hanya membicarakannya. – Ruskin.

Jika kamu tidak mengajari dirimu sendiri untuk mencari setiap kesempatan melakkan kebaikan, maka setidaknya jangan sampai melepaskan kesempatan itu jika kamu melihatnya. - Leo Tolstoy.


Sunday, April 6, 2008

Berfoto Berdua


Berdo'a berarti menerima dan ingat akan hukum-hukum zat yang tak terbatas, yakni Tuhan, dan mengukur semua perbuatanmu di masa lalu dan di masa yang akan datang menurut hukum-hukumNya. Dan melakukan pekerjaan ini sesering mungkin adalah sangat berguna. - Leo Tolstoy

Sebelum kamu mulai berdoa, tentukan bagi dirimu sendiri apakah kamu dapat berkonsentrasi; jika tidak, jangan berdo'a sama sekali. - Leo Tolstoy

Orang-orang yang tidak membiasakan diri untuk berdo'a, mereka tidak berdo'a dengan tulus. - Kitab Talmud.

Jika kamu meminta pertolongan dari Tuhan, maka kamu akan tahu bagaimana cara mendapatkannya dalam dirimu. Dia tidak mengubah nasib kita, tetapi kita sendirilah yang mengubahnya, dengan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Kita meminta kepada-Nya seolah-olah kita mengharap Dia menolong kita, tetapi akhirnya kita menerima pertolongan ini dalam diri kita sendiri. - Rousseau.

Sejak jaman kuno telah diketahui bahwa do'a diperlukan bagi seseorang. Orang-orang jaman dulu memiliki ritual yang berbeda, dan jaman sekarang sebagian besar orang menggunakan ritual-ritual selama berdo'a - pakaian khusus dalam berbagai keadaan khusus, di berbagai tempat khusus, ketika kita mengajukan pesan kita kepada Tuhan dan meminta-Nya bersikap baik. Selama berdo'a, kamu lupa tentang semua hal di dunia ini bersifat lahiriah, dan kamu mendatangi bagian jiwamu yang paling hakiki, yang melaluinya kamu berkomunikasi dengan dunia jiwa; dan bila kamu merasa dekat dengan Tuhan, maka kamu menyerahkan jiwamu kepada-Nya, menunjukkan semua perbuatan dan keinginanmu kepada-Nya. Ini terjadi tidak menurut persyaratan-persyaratan dunia, tetapi menurut bagian jiwamu yang paling hakiki. - Leo Tolstoy.

Thursday, April 3, 2008

Anak Tiri Itu Bernama Sekolah Swasta

Menjelang tahun ajaran baru seperti ini tidak hanya siswa yang dilanda stress dan kebingungan, tapi juga pengelola dan guru-guru, staf TU, kepala sekolah dan murid-murid sekolah swasta juga menderita perasaan yang sama. Barangkali kalau siswa mencemasken tentang unas dan kalau lulus nanti melanjutken kemana yang memiliki prospek kerja yang baek. Ini berbeda dengan kecemasan yang dialami orang-orang yang mengais rezeki dari sebuah institusi yang bernama sekolah swasta ini.

Keresahan ini dipicu oleh sebuah kompetisi yang tidak sehat dan tidak berimbang. Ibarat pertarungan Mike Tyson VS Ellys Pical. Bayangken, sekolah-sekolah negeri yang segala kemegahannya, termasuk gaji guru dan segala tetek-bengeknya dibiaya negara melawan sekolah swasta yang segala pembiayaannya diperoleh dari siswa. Dalam suasana seperti itu, sekolah negeri yang memiliki banyak keunggulan di bidang fasilitas dengan mudahnya memukul KO sekolah-sekolah swasta yang umumnya melarat. Masyarakat pasti memilih sekolah negeri. Akibatnya, banyak sekolah swasta sekarat.

Kondisi itu diperparah oleh kerakusan sekolah-sekolah negeri yang menerima siswa baru seolah tanpa batas - meski untuk itu sebagian siswanya harus sekolah sore - akan mempercepat 'penghapusan' sekolah-sekolah swasta dari muka bumi Indonesia. Ditambah lagi, bantuan-bantuan dana pendidikan dari pemerintah kebanyakan dilolohkan ke mulut sekolah-sekolah negeri. Maka, sempurnalah tonjokan pemerintah untuk segera meng KO sekolah-sekolah swasta. Padahal, ketika pemerintah masih belum mampu melaksanakan tanggung jawab mendidik bangsanya yang berusia muda, mereka merengek-rengek supaya swasta bersedia membantu pemerintah mencerdaskan bangsa.

Namun, ketika anggaran pendidikan dibengkakken, sifat rakus pun mulai tumbuh subur. Demi untuk meraup rezeki besar, baek yang berasal dari siswa maupun dari dana bantuan, pengelola sekolah negeri pun dengan ngawur menerima siswa sebanyak-banyaknya. Karena, menurut rumusan mereka, semakain banyak jumlah murid, maka semakin besar dana dari siswa yang masuk ke kantung sekolah. Juga, semakin banyak siswa, maka dana bantuan dan berbagai proyek juga semakin besar mengucur.

Padahal, kebijakan menerima murid sebesar-besarnya seperti itu jelas merugiken masyarakat. Bayangken, dengan penambahan jumlah guru yang tidak terlalu signifikan, mereka melipat-gandaken penerimaan siswa baru. Akibatnya, banyak guru mengeluh karena semakin beratnya beban mereka. Bahkan, kondisi demikian sering mengakibatkan guru-guru harus mengajar pada pelajaran yang bukan bidangnya.

Belum lagi mengenai siswa-siswa yang harus masuk sore hari karena kelas yang ada tidak mencukupi. Dengan masuk sore, jumlah jam sekolah mereka pasti akan semakin kurang. Mana mungkin bisa diharap mutu siswa-siswa di sekolah semacam itu akan bisa baek. Mbelgedes !!!

Hari ini, shohib saya Pak Ishom dan Pak Heru - Ketua dan Sekretaris BMPS - menyuarakan keprihatinan sekolah-sekolah swasta atas fenomena di atas. Tapi saya, maaf Pak Ishom dan Pak Heru , ndak yakin suara Anda didengar oleh saudara-saudara kita yang sedang diberi amanah oleh Allah untuk mengendalikan pendidikan di kota kita.

Beritanya sebagai berikut :

Keresahan Landa Sekolah Swasta

MALANG- Rio-bukan nama sebenarnya, adalah salah satu siswa kelas I SMA Arjuno Kota Malang. Di kelasnya, hanya ada 13 teman lain karena total siswa kelas I hanya 14 orang.

Dibanding kelas II yang mencapai dua kelas, suasana kelas I sepi. Meski begitu, Rio dan teman-temannya selalu setiap berangkat ke sekolah. Masuk kelas dan mengikuti pelajaran jam demi jam sampai bel tanda pulang berbunyi.

"Yang penting tetap semangat belajar," ujarnya singkat, kemarin.

Hal senada diungkapkan Dewi, siswi lain. Melihat SMA dengan jumlah siswa banyak, memang ada sedikit rasa minder. Apalagi, jika dibandingkan dengan SMA negeri, favorit pula. Rasanya, sekolah di swasta jauh dari kesan berarti.

"Sekolah favorit biayanya mahal. Swasta akhirnya jadi pelarian, yang penting bisa sekolah," kata Dewi.

Adi Siswoyo, salah satu guru SMA swasta Kota Malang mengatakan, fakta seperti itu bukan hal asing lagi bagi sekolah swasta. Terutama SMA swasta yang kini dalam kondisi hidup enggan mati tak mau. Tidak hanya siswa yang merasa terpinggirkan. Guru pun merasakan hal sama.

"Sebuah dilema besar sebenarnya bagi sekolah swasta kecil," kata dia.

Adi mengungkapkan, kasus semakin habisnya peminat sekolah swasta, terutama SMA tidak hanya dialami satu atau dua sekolah. Berdasarkan pengamatannya, masih ada sekolah-sekolah swasta lain bernasib sama. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali terus berbenah agar peminat sekolah tak semakin habis.

"Kalau kebijakan tak mendukung, sekolah golongan ini akan kolaps 5-6 tahun kedepan," tandasnya.

Penurunan jumlah siswa SMA swasta kecil, kata dia, baru terjadi dalam kurun tiga tahun belakangan ini. Kondisi tersebut semakin parah saat pemerintah menggulirkan aturan agar sekolah kejuruan diperbanyak. Kota Malang tak luput dari imbas kebijakan tersebut bahkan menjadi pilot project pengembangan vokasi.

"Solusi ini sangat bagus. Hanya, faktanya memang menurunkan minat siswa untuk masuk SMA," beber Adi.

Apalagi, kebijakan di kota ini, siswa yang tak tertampung di SMA negeri bisa masuk SMK. Begitu juga dengan siswa SMP tak lulus UN. Praktis, kebijakan itu membuat celah SMA swasta semakin sempit. Karena input siswa baru lari ke SMK. Meski begitu, alumi IKIP Malang itu cukup yakin, saatnya nanti SMA tetap diminati. "Dengan bekal ijazah paket B, mereka bisa masuk SMK negeri," kata dia.

Salah satu kasek SMA swasta yang enggan dikorankan namanya juga berpendapat sama. Dengan kondisi siswa semakin minim, harapan untuk mendapat bantuan pun melayang. Sebab, aturannya, sekolah swasta yang bisa mendapatkan block grant atau bantuan pemerintah, minimal memiliki 120 siswa.

Di bawah itu, tidak bisa mengajukan proposal. "Sulit. Harusnya sekolah seperti ini yang harus dibantu. Tapi malah tidak bisa mendapat bantuan dengan alasan administrasi," kata laki-laki paro baya tersebut.

Fakta tersebut menurut Drs Mohammad Ishom Ihsan MPd, Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) merupakan fenomena. Meski belum terjadi secara ekstrem dan menyebabkan sekolah swasta gulung tikar, namun para pengelola mulai resah.

"Kami membaca tren ini akan terus menurun di tahun-tahun mendatang. Terus terang kami khawatir," kata, kemarin.

Indikasi yang paling nyata, kata Ishom, adalah berkurangnya jumlah murid SMA swasta. Di tahun 2006/2007, masih ada 11 ribuan siswa. Setahun setelahnya, langsung melorot di angka 9 ribuan. Begitu pula dengan SMK swasta. Di tahun ajaran 2005/2006, masih ada 12 ribuan siswa. Namun pada tahun 2007/2008 turun menjadi 11 ribuan siswa.

"Di tingkat TK juga turun. Tiga ribuan. Dari 18 ribu menjadi 15 ribuan," kata Sekretaris LP3 Universitas Negeri Malang ini.

Dengan kondisi itu, perkumpulan dari yayasan dan lembaga yang menaungi sekolah swasta ini berupaya untuk meminta perlindungan pemkot. Caranya dengan mengusulkan regulasi (Perwakot) khusus untuk sekolah swasta. Regulasi yang diminta juga akan diusulkan apabila ada revisi perda pendidikan 13/2001.

"Kami harus meminta perlindungan pemerintah. Kalau tidak, banyak di antara kami yang gulung tikar," ungkap Ishom.

Menurut Kepala Sekolah SD Sabilillah ini, upaya untuk meminta perlindungan pemkot karena ketakutan bahwa sekolah negeri akan "menghabisi" sekolah swasta. Kekhawatiran itu berdasarkan adanya mekanisme pasar yang saat ini terjadi di masyarakat.

Calon murid selalu berlomba bersekolah di sekolah negeri. Sementara sekolah negeri juga belum 100 persen dibatasi kuotanya dalam menerima murid baru. Dengan berbagai macam tawaran keunggulan yang ada di sekolah negeri, kemungkinan besar pasar calon murid akan memihak pada sekolah negeri.

"Kondisi ini yang tidak kami harapkan. Kalau mekenisme pasar bebas diterapkan, berapa banyak sekolah swasta yang akan gulung tikar," ujar Ishom.

Heru Suyanto, Sekretaris BMPS memandang, pasar bebas itu salah satunya tercermin pada sistem PSB (penerimaan siswa baru) secara online. Sekolah swasta yang mengikuti sistem online sepertinya hanya mendapat "sisa" dari calon murid yang diterima di sekolah negeri. Karena mendapat sisa, bisa jadi nilai UAN dan kemampuan siswa yang masuk swasta lebih rendah dari yang masuk negeri.

"Kalau seperti itu, begitu sisa dari sekolah engeri tidak ada, habislah sekolah swasta ini," kata Heru.

Mewakili rekan-rekannya, Heru berkeinginan agar pemkot melalui Diknas Kota Malang melindungi eksistensi sekolah swasta yang lemah.

Bentuk perlindungannya seperti memberikan kuota dan batasan yang jelas jumlah siswa yang diterima di sekolah negeri. Setelah itu, biarlah yang tidak tertampung di sekolah negeri menimba ilmu di sekolah swasta.

"Fungsi sekolah swasta juga tidak kecil. Hampir separo siswa didik sekolah di swasta. Jadi kalau ada yang hampir mati, bisa ditolong," harap Ishom.

Untuk mencari perlindungan ini, Ishom mengaku tahap awal adalah melakukan road show. Yakni ke Kepala Diknas (Kadiknas) Kota Malang Shofwan, ke anggota komisi D DPRD bidang pendidikan dan ke wali kota. Selanjutnya MBPS akan menindaklanjuti dengan mengajukan poin-poin harapan agar bisa dimasukkan dalam sebuah regulasi atau kebijakan.

"Kami juga akan mengoreksi diri terhadap perguruan swasta yang lemah dan tidak mungkin dipertahankan. Misalnya dengan merger atau likuidasi," katanya.

Sumber : Radar Malang edisi 3 April 2008.